KATA
PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan haidayah-Nya, saya dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
yang berjudul “Penerapan Pendidikan
Holistik dalam Ujian Nasional” tepat waktu.
Saya selaku penyusun sengaja menyusun makalah ini karena melihat
realita yang ada, ujian nasional menjadi beban tersendiri bagi para anak didik
yang harus menghafal dan mempelajari serta terus-menerus membaca buku agar
nilai ujian mereka bagus. Ini tidak lepas dari sistem pendidikan di Indonesia
yang mengagung-agungkan nilai kognitif.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan baik dalam segi pembahasan maupun tulisan dan
sistematika penyusunan makalah. Oleh sebab itu, penyusun senantiasa mengharap
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini
khususnya isi dari makalah ini.
Kepada Ibu Dra. Afiyah selaku dosen pengampu mata kuliah Pengantar
Ilmu Pendidikan, penyusun mengucapkan terima kasih atas bimbingan yang Ibu
berikan dalam penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat saya
selesaikan.
Dan kepada banyak pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per
satu, yang sudah memberikan saya dorongan dan motifasi serta membantu saya
dalam penyusunan makalah ini, saya mengucapkan banyak terima kasih. semoga
bantuan teman-teman mendapat balasan dari Allah SWT. Amin..
Akhirnya, penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya.
Yogyakarta,
Desember 2009
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
UN menjadi polemik sejak lama karena dinilai banyak kalangan meredusir
kepintaran dan keberhasilan siswa menempuh pendidikan hanya pada satu tes. UN
juga dinilai mengabaikan kondisi belum meratanya infrasuktur pendidikan, fisik
maupun nonfisik, di seluruh wilayah Indonesia (Kompas, 11
Desember 2009). Dari pernyataan tersebut, dapat dilihat
bahwa sistem ujian nasional di Indonesia belum
memadai untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari suatu pembelajaran karena
hanya mengandalkan kemampuan kognitif. Padahal selain kognitif, masih banyak
lagi kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh seorang anak didik. Selain itu,
metode "penilaian" hasil ujian siswa (baca: "pelulusan",
"penguntungan" dan "perugian" siswa) perlu dipertanyakan. Ketajaman intelektual mendapat sorotan istimewa dalam dunia pendidikan
formal. Terkesan, keunggulan (arĂȘte, virtue) kepribadian seorang anak
didik ditakar berdasarkan relativitas angka (kognitif) yang umumnya telah
direkayasa. Secara tak langsung, dari satu sisi, sistem ini lebih menghargai
pribadi anak-anak berintelektualitas tinggi daripada anak-anak
berintelektualitas sedang dan rendah. Ini termasuk berita diskriminatif dalam
dunia pendidikan formal. Betapapun, metode penilaian UAN perlu ditempatkan
dalam bingkai dunia pendidikan holistik tempat manusia belajar secara sempurna.
Penilaian ujian nasional ini tidak lagi memprioritaskan kompetisi, tapi proses
belajar saling mendukung, kerja sama dan membebaskan. Suatu masyarakat yang
lebih baik, adil dan sejahtera menjadi sasaran utama dalam proses pendidikan
holistik. Lalu, apakah sistem penilaian UAN mendapat tempat dalam konteks
pendidikan ini? Inilah yang menjadi latar belakang masalah yang menjadi topic
dalah makalah ini.
B.
RUMUSAN MASALAH
Penilaian
dalam ujian nasional dirasa kurang adil karena hanya mementingkan kognitif
saja. Maka diperlukan suatu system yang dapat menjadikan ujian nasional itu
seimbang dari segala sisi. Pendidikan holistic menawarkan solusi dari masalah
tersebut. Lalu bagaimana bentuk penerapannya dalam ujian nasional?
C.
TUJUAN PEMBAHASAN
Tujuan dari pembahasan makalah ini adalah agar kita sebagai pendidik
mengetahui sistem yang sesuai dengan ujian nasional, yang adil untuk anak didik
mengembangkan potensi dirinya tanpa adanya paksaan yang memaksa anak didik
untuk melakukan ujian yang memberatkan otak mereka. Dan sebagai pendidik pula
kita harus menyadari bahwa kemampuan dan kecerdasan seorang anak didik
berbeda-beda. Tidak semua anak didik memiliki kecerdasan dibidang kognitif.
Melalui makalah ini, diharapkan sebagai calon pendidik, kita mau untuk
memperjuangkan hak anak didik dalam memperoleh penilaian yang seadil-adilnya
dalam ujian nasional karena ujian nasional adalah sebagai salah satu penentu
masa depan mereka. Salah satunya dengan penerapan pendidikan
holistik pada ujian nasional.
D.
MANFAAT PEMBAHASAN
Manfaat dari pembahasan makalah ini adalah sebagai acuan tentang keberadaan
ujian nasional yang dirasa memberatkan anak didik karena menilai hanya dari
aspek kognitifnya saja dan sebagai pengetahuan mengenai pendidikan holistic
yang sesuai dengan ujian nasional.
PEMBAHASAN
Ujian nasional adalah kegiatan pengukuran dan penilaian
kompetensi peserta didik secara nasional pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah. Ujian Nasional memiliki banyak dasar hukum, diantaranya Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara
Republik IndonesiaTahun 2003 Nomor 78 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4301), Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496), dll. Sedang tujuan
dilaksanakannya ujian nasional ialah untuk menilai pencapaian kompetensi
lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata
pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu ujian nasional juga
memiliki kegunaan yaitu sebagai pemeta mutu satuan dan/atau program pendidikan,
penyeleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, penentuan kelulusan peserta
didik dari program dan/atau satuan pendidikan, sebagai pembinaan dan pemberian
bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.
Dari sedikit uraian tersebut diatas, jika dilihat secara
realita penerapan ujian nasional di Indonesia sedikit menyimpang dari yang
diharapkan karena timbul banyak polemik seperti yang telah diungkapkan dalam
pendahuluan makalah ini. Hal ini tidak sejalan dengan kegunaan diadakannya
ujian nasional yaitu sebagai pemeta mutu satuan program pendidikan. Karena yang
dipetakan sebagian besar hanyalah dari aspek kognitifnya saja.
Fenomena ini adalah bukti kegagalan ujian nasional yang
selama ini kurang disadari. Ujian nasional ternyata hanya mampu melahirkan
manusia yang cerdas secara akal namun tidak dalam keaktifan dan kinerjanya
dilapangan. Kegagalan semacam ini tak lain dikarenakan dalam pelaksanaan ujian
nasional masih berpusat pada pengembangan kognitif. Unsur afektif dan
psikomotor belum begitu diujikan dalam ujian nasional. Meskipun di
sekolah-sekolah telah berlaku kurikulum KTSP yang menjamah ketiga ranah itu,
tapi tampaknya sampai saat ini penilaian dalam ujian nasional belum berjalan
secara maksimal dalam arti mempertimbangkan ketiga aspek yaitu kognitif,
psikomotorik, afektif. Masih ada kepincangan antara kognitif, afektif, dan
psikomotor. Jadi kalau diibaratkan, ujian nasional saat ini ingin membangun
manusia yang mempunyai anggota tubuh yang lengkap tetapi tidak mempunyai hati
sebagai pedoman melangkah. Karena itu, sering terjadi kesalahan dalam berbuat
dikarenakan tidak seimbangnya penilaian dalam ujian nasional yang membuat anak
didik hanya berpusat mengembangkan aspek kognitifnya saja tapi tidak untuk
kedua aspek yang lain. Bagi mereka, psikomotorik dan afektif tidak sepenting
kognitif karena dalam ijasah toh yang
tertulis hanya nilai kognitifnya saja.
Untuk menanggulangi kepincangan tersebut, diperlukan
adanya keseimbangan antara ketiga unsur tersebut. Keseimbangan tersebut hadir
dalam satu kesatuan tanpa adanya hal yang dilebihkan atau dikurangkan tetapi
seimbang. Itulah yang dinamakan pendidikan holistik. Dalam pendidikan ini,
antara kognitif, afektif, dan psikomotor mempunyai takaran yang sama. Jika
kognitifnya 4 misalnya, maka afektif dan psikomotornya juga harus 4. Selama ini
konsep tersebut memang telah dikembangkan di Indonesia terutama sejak munculnya
KBK. Namun, dalam perkembangannya sampai saat ini belum terlihat memuaskan
khususnya dalam penilaian ujian nasional. Teori belajar holistik yang dimaksud
mengharuskan ketiga sisi pengetahuan ditampilkan pada seluruh proses
pembelajaran, sekalipun tidak semua sisi tersebut dibutuhkan untuk menghasilkan
perubahan. Lebih jauh lagi, teori belajar holistik memerlukan adanya perspektif
dialektikal dari ketiga sisi pengetahuan tersebut. Pada satu sisi, kita perlu
mengenali beberapa karakter intrinsik yang berbeda dari ketiga sisi pengetahuan
tersebut. Bila kita menguji ketiga sisi pengetahuan tersebut pada waktu yang
sama, ketiganya akan nampak berbeda dan saling berlawanan. Hasil yang didapat
akan seperti mengamati dua sisi koin yang berbeda. Sementara itu, di sisi
lainnya, kita harus dapat memahami sifat dasar komplementer dari ketiga sisi
pengetahuan tersebut. Ketiganya saling bertautan satu sama lain dan tidak
mungkin dipisahkan bila kita mengamatinya dengan menggunakan pespektif
holistik. Ketiganya akan memperlihatkan sifat aslinya, baik kita kenali ataupun
tidak. Ketiganya merupakan komponen yang sangat penting di dalam ilmu
pengetahuan manusia secara keseluruhan.
Jadi,
jika dalam ujian nasional ketiga sisi itu lebih ditekankan lagi secara
seimbang, maka hasil dalam ujian nasional pun tidak akan mengecewakan bagi
siapapun dan dapat memperbaiki moral bangsa baik dari segi intelektual maupun
moral bangsa. Sayangnya, masih banyak yang beranggapan bahwa intelektual itu
adalah segala-galanya. Siswa yang lulus ujian nasional dengan nilai tinggi
sudah pasti bahwa ia adalah anak yang pintar, tetapi sebaliknya, anak didiki
yang lulus dengan nilai rendah menandakan bahwa ia adalah anak yang bodoh.
Padahal dalam ujian nasional yang dinilai hanya aspek kognitifnya saja. Ujian
nasional tidak mengetahui tingkat kecerdasan anak didik dalam keaktifannya
diluar karena itu tidak diujikan dan tidak dinilai. Pendidikan holistic
menjadikannya seimbang dan dapat mengetahui seberapa mutu pendidikan Indonesia
lebih detail.
PENUTUP
Ujian nasional tidak dimaksudkan sekedar
mencetak anak didik yang pandai dalam
bidang kognitifnya saja, tetapi melahirkan anak didik yang berkepribadian
matang. Ujian nasional tidak hanya tempat mengasah
ketajaman otak, tetapi tempat menyemai nilai-nilai dasar kehidupan guna
menggapai masa depan dan hidup yang lebih baik. Bangsa Indonesia amat
membutuhkan sistem pendidikan holistik, karena melalui sistem ini, seluruh
komponen yang dibutuhkan untuk membangun sebuah bangsa yang tangguh dan
bertanggung jawab ada didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Miller, John P.(2005).Holistic Learning and Spirituality in Education : Breaking New Ground.Marlyn
P. Semerad:United States of America
Kartono, DR. Kartini(1992).Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis.Penerbit
Mandar Maju:Bandung
Megawangi, R. Melly(2005).Pendidikan Holistik.Indonesia Heritage Foundation:Cimanggis
Titanium cartilage earrings - ITIAN-ART
BalasHapusShop Tintic Tire for the best titanium bikes fit and quality metal titanium rimless glasses earrings for your suunto 9 baro titanium travel projects. Made titanium easy flux 125 amp welder by Tintic titanium apple watch band Tire, you're sure to find exactly