- PENGERTIAN IMAN
Kata iman berasal dari bahasa Arab yang
berarti tashdiq (membenarkan). Dalam
pembahasan ilmu tauhid/ kalam, konsep iman diambil dari tiga pendapat, yaitu
antara lain:
1.
Iman
adalah tashdiq di dalam hati akan
wujud Allah dan keberadaan para utusannya, serta apa yang telah Allah ciptakan.
Menurut konsep ini, iman semata-mata merupakan urusan hati, bukan terlihat dari
luar. Jika seseorang sudah tashdiq (membenarkan/
meyakini) akan adanya Allah, dia sudah
disebut beriman, sekalipun perbuatannya tidak sesuai dengan tuntunan agama.
2.
Iman
adalah tashdiq di dalam hati dan
diikrarkan dengan lisan. Dengan kata lain, seseorang dapat disebut beriman jika
dia mempercayai dalam hatinya akan keberadaan Allah dan mengikrarkan
(mengucapkan) keperccayaannya itu dengan lisan. Konsep ini juga tidak
menghubungkan iman dengan amal perbuatan manusia. Yang terpenting tashdiq dan ikrar.
3.
Iman
adalah tashdiq di dalam hati, ikrar dengan lisan, dan
dibuktikan dengan perbuatan. Konsep ke tiga ini mengaitkan perbuatan manusia
dengan iman. Oleh karena itu, keimanan seseoirang ditentukan pula oleh amal
perbuatannya.[1]
Dari
uraian di atas, terlihat bahwa konsep iman berbeda-beda. Ada yang hanya
mengandung satu unsure yaitu tashdiq, sebagaimana
terlihat pada konsep pertama di atas. Ada yang megandung dua unsur, tashdiq dan ikrar, seperti konsep nomor
dua. Ada pula yang menganddung tiga unsure, tashdiq,
ikrar, dan amaliah, sebagaimana konsep nnomor tiga di atas.
Di samping
masalah konsep iman, pembahasan di dalam ilmu tauhid atau kalam juga menyangkut
masalah apakah iman itu bisa bertanbah atau berkurang atau tidak berubah. Dalam
hal ini ada dua pendapat, yaitu:
1.
Iman
tidak bisa bertambah atau berkurang.
2.
Iman
dapat bertambah atau berkurang. Ulama berpendapat seperti ini terbagi pula
kepada dua golongan, yaitu antara lain:
a.
Pendapat
yang mengatakan bahwa yang bertambah atau berkurang itu adalah tashdiq dan
amal.
b.
Pendapat
yang mengatakan bahwa yang bertambah dalam iman itu hanya tashdiqnya.
Pada
umumnya para ulama berpendapat iman itu dapat bertambah pada tashdiq dan
amalnya. Tashdiq yang bertambah tentu diikuti oleh pertambahan frekuensi amal.
Menurut
sebagian ulama, bertambah atau berkurangnya tashdiq seseorang tergantung
kepada:
1.
Wasilahnya
atau lemahnya dalil yan sampai dan diterima seseorang dapat menguatkan atau
melemahnya tashdiqnya.
2.
Diri
pribadi seseorang itu sendiri, dalam arti kemampuannya menyerap dalil-dalil
keimanan. Semakin kuat daya serapnya, semakin kuat pula tashdiqnya. Sebaliknya,
jika daya serapnya lemah atau tidak baik, tashdiqnya pun bisa lemah pula.
3.
Pengalaman
terhadap ajaran agama. Seseorang yang melaksanakan kewajiban-kewajiban agama
dengan baik dan benar dan frekuensi amaliahnya tinggi akan merasakan kekuatan
iman atau tashdiq yang tinggi pula. Semakin baik dan tinggi frekuensi
amaliahnya, semakin bertambah kuat iman atau tashdiqnya.[2]
- PENGERTIAN KUFUR
Pengertian Kufur & Macamnya Kita telah mengetahui
tentang berhukum dengan syariat Allah, yang merupakan tuntutan tauhid, juga
konsekwensi dari iman kita kepada Allah swt. Sehingga jika hal ini diabaikan
dalam arti, jika seorang mukmin tidak berhukum atau tidak menjalankan syariat
Allah, bahkan menggantinya dengan hukum buatan manusia yang menyalahi, maka ia
termasuk dalam golongan orang yang diberi gelar kafir, dhalim dan fasik.
Selanjutnya dalam edisi kali ini, mari kita mencoba menelaah apa yang dimaksud
dengan kufur tersebut, lalu apakah kufur itu bermacam-macam ? sehingga dengan
demikian kita tidak gampang nantinya jatuh terjebak dalam kekufuran dan bisa
terhindar sejauh- jauhnya dari hal tersebut. Dalam
hal ini Syeikh Sholih al- Fauzan telah menjelaskan secara rinci dalam kitab
tauhidnya, mari kita simak.
A. Arti Kufur Secara etimologi, kufur artinya
menutupi, sedangkan menurut terminology syariat, kufur artinya ingkar terhadap
Allah swt, atau tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, baik dengan mendustakannya
maupun tidak. Perbedaannya, kalau mendustakan berarti menentang dan menolak,
tetapi kalau tidak mendustakan artinya hanya sekedar tidak iman dan tidak
percaya. Dengan demikian kufur yang disertai pendustaan itu lebih berat dari
pada kufur sekedar kufur.
B. Jenis KufurKufur, ditinjau dari berat tidaknya
dosa ada dua macam ; yaitu kufur besar dan kufur kecil. Kufur besar adalah
kufur yang bisa mengeluarkan pelakunya dari Islam, dan kufur besar ini ada lima
macam :
- Kufur karena mendustakan. Allah swt berfirman :”Dan
siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan
terhadap Allah atau mendustakan yang hak tatkala yang hak itu datang kepadanya
? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi
orang-orang yang kafir ?” (QS. 29:68)
- Kufur karena enggan dan sombong, padahal ia tahu
dan membenarkannya. Allah berfirman :”Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman
kepada para Malaikat :”Sujudlah kamu kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali
iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang
kafir”. (QS. 2:34)
- Kufur karena ragu. Allah berfirman :”Dan dia memasuki
kebunnya sedang ia zalim terhadap dirinya sendiri; ia berkata :”Aku kira kebun
ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira hari kiamat itu
akan datang, dan jika sekiranya aku dikembalikan kepada Rabbku, pasti aku akan
mendapat tempat kembali yang lebih baik daripada kebun-kebun itu”. (QS.
18:35-36). Kawannya (yang mu’min) berkata kepadanya sedang dia bercakap- cakap
dengannya : “Apakah kamu kafir kepada (Rabb) yang menciptakan kamu dari tanah,
kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang
sempurna”. Tetapi aku (percaya bahwa): Dialah
Allah, Rabbku, dan aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Rabbku”. (QS.
18:37-38)
- Kufur karena berpaling, dalilnya adalah firman
Allah swt :”Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan.
Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada
mereka”. (QS. 46:3)
- Kufur karena nifaq, dalilnya firman Allah :”Yang
demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian
menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak
dapat mengerti”. (QS. 63:3)
Kufur kecil, adalah kufur yang tidak mengeluarkan
pelakunya dari Islam, dan ia adalah kufur amali. Kufur amali adalah dosa-dosa
yang disebut dalam al-Quran dan as-sunnah sebagai dosa-dosa kufur, tetapi tidak
mencapai derajat kufur besar. Contohnya seperti kufur nikmat sebagaimana
disebutkan dalam firman- Nya :”Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka
mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir”. (QS.
16:83).
Termasuk juga membunuh orang muslim, Rasulullah SAW
bersabda :”Mencaci seorang muslim adalah suatu kefasikan dan membunuhnya adalah
kekufuran”. Termasuk juga bersumpah dengan selain Allah, Rasulullah SAW
bersabda :”Barang siapa bersumpah dengan nama selain Allah, maka ia telah kafir
atau musyrik”. Para pelaku dosa-dosa tersebut bukan menjadi kafir, walaupun
dalam redaksi hadits disebut kafir, karena Allah berfirman :”Hai orang-orang
yang beriman, di wajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang
dibunuh; (QS. 2:178).
Allah tidak mengeluarkan si pembunuh dari golongan orang-
orang beriman, bahkan menjadikannya sebagai saudara bagi wali yang berhak
melakukan qishosh, lihatlah firman Allah : ”Maka barangsiapa yang mendapat
suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan
cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang
memberi maaf dengan cara yang baik (pula).. (QS.
2:178).
Bahkan dalam ayat lain, lebih jelas lagi Allah
menyebut kelompok yang saling bunuh dengan sebutan mukmin, “Dan jika ada dua
golongan dari orang-orang mu’min berperang maka damaikanlah antara keduanya.
Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang
lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu
kembali, kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada
perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku
adillah. Sesung guhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (QS.
49:9). Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu damaikanlah
antara kedua sauda ramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat
rahmat. (QS. 49:10)
Demikian pembagian kufur ditinjau dari berat dan
tidaknya ancaman dan dosa. Ada pun dilihat dari segi macam, maka kufur ada tiga
macam : kufur qouliy, kufur amaliy, dan kufur I’tiqodi. Tiga macam kekufuran
ini dilihat dari mana timbulnya, karena ada yang timbul dari ucapan, ini
disebut kufur qouliy (ucapan), seperti bersumpah dengan nama selain Allah, ada
yang timbul dari perbuatan, ini disebut kufur amaliy, seperti membunuh orang
mukmin, ada yang timbul dari keyakinan disebut kufur I’tiqodiy, seperti
meyakini bahwa tidak ada tuhan yang menciptakan alam, atau Isa adalah anak
Allah, dll. Jenis kufur ini ada yang termasuk kufur besar, yang dapat
mengeluarkan dari agama, ada juga termasuk kufur kecil.
C. Perbedaan kufur
besar dan kecil
Kufur besar mengeluarkan pelakunya dari Islam, dan
menghapuskan pahala amalnya, sedangkan kufur kecil tidak mengeluarkan pelaku
dari agama dan tidak menghapus pahala amalnya, hanya saja dapat menguranginya.
Kufur besar menjadikan pelakunya kekal di neraka, sedangkan kufur kecil tidak,
bisa jadi Allah mengampuninya, bisa juga Dia menghukumnya dalam neraka untuk
beberapa waktu sesuai dengan kehendak- Nya. Kufur
besar menjadikan halal darah dan harta pelakunya, sedangkan kufur kecil tidak.
Kufur besar mengharuskan permusuhan yang
sesungguhnya, bagi orang-orang mukmin tidak boleh mencintainya, walaupun
kerabat sendiri. Sedangkan kufur kecil tidak
mengharuskan permusuhan total, tetapi pelakunya masih berhak mendapatkan
loyalitas dari kaum mukminin sesuai dengan imannya, dan harus mendapatkan
kebencian sesuai dengan kadar kekufuran ( dosa ) yang dilakukannya.
D.
Kesimpulan Pertama : Kufur adalah ingkar terhadap Allah swt dan Rasul-Nya.
Kedua
: Kufur ada dua macam ; kufur besar dan kufur kecil.
Ketiga
: Kufur besar adalah kufur yang mengeluarkan pelakunya dari agama. Sedangkan
kufur kecil adalah perbuatan kufur yang tidak sampai menjadikan pelakunya
keluar dari Islam.
Keempat : Dari segi timbulnya kekufuran, maka ia terbagi
menjadi tiga ; kufur ucapan (qouliy), kufur perbuatan (amaliy), dan kufur
keyakinan (I’tiqodiy).
Demikian
sekilas tentang kufur, arti dan macamnya, semoga Allah menjaga kita dari
kekufuran, dan menjadikan kita hamba-hamba Nya yang beriman, amin.
- PENGERTIAN NIFAQ
A. Makna
Nifaq
Secara bahasa, nifaq berarti lobang tempat keluarnya
yarbu ( binatang sejenis tikus ) dari sarangnya, di mana jika ia dicari dari
lobang yang satu, maka ia akan keluar dari lobang yang lain. Dikatakan
pula, kata nifaq berasal dari kata yang berarti lobang bawah tanah tempat
bersembunyi. ( al- Mu’jamul wasith 2/942 ).
Adapun nifaq menurut syara’ artinya : menampakkan
Islam dan kebaikan, tetapi menyembunyikan kekufuran dan kejahatan.
B. Jenis
nifaq
Nifaq terbagi menjadi dua jenis: nifaq I’tiqodiy dan
nifaq amaliy.
Nifaq I’tiqodiy (keyakinan), Nifaq I’tiqadiy adalah nifaq
besar, di mana pelakunya menampakkan ke-Islaman, tetapi dalam hatinya tersimpan
kekufuran dan kebencian terhadap Islam. Jenis
nifaq ini menyebabkan pelakunya murtad, keluar dari agama & khirat kelak ia
akan berada dalam kerak Neraka. Allah berfirman :”Sesungguhnya orang-orang
munafik berada dalam kerak Neraka.” (QS. An-Nisa : 145)
Allah swt mensifati orang-orang munafik dengan
banyak sifat, diantaranya kekufuran, tiada iman, mengolok-olok dan mencaci maki
agama, seperti dalam firman Allah :”Mereka juga mengata-ngatai agama dan
pemeluknya, serta kecenderungan kepada musuh-musuh agama untuk bergabung dengan
mereka dalam memusuhi Islam. Orang- orang munafik jenis ini senantiasa ada pada
setiap zaman. Lebih-lebih ketika tampak kekuatan Islam dan mereka tidak mampu
membendungnya secara lahiriyah. Dalam keadaan seperti ini mereka masuk ke dalam
Islam untuk melakukan tipu daya terhadap kaum muslimin secara tersembunyi, juga
agar mereka bisa hidup bersama umat Islam dan merasa tenang dalam hal jiwa dan
harta benda mereka. Al hasil mereka masuk Islam hanya untuk kepentingan mereka,
menyelamatkan harta benda dan nyawa mereka. Karena itu, seorang munafik
manampakkan keimanannya kpd Allah, malaika-malaikatNya, kitab-kitab Nya dan
hari akhir, tetapi dalam batinnya mereka berlepas diri dari semua itu dan
mendustakannya.
Allah swt berfirman :”Dan di antara manusia ada yang
mengatakan ; Kami beriman kepada Allah dan hari Akhir’ padahal mereka tidak
beriman.” (Al-Baqoroh: 8)
Nifaq
jenis ini ada empat macam :
1.
Mendustakan Rasulullah saw atau mendustakan sebagian dari apa yg beliau bawa.
2.
Membenci Rasulullah saw atau membenci sebagean apa yang beliau bawa.
3.
Merasa gembira dengan kemunduran agama Rasulullah saw.
4.
Tidak senang dengan kemenangan agama Rasulullah saw.
Nifaq ‘amaliy (perbuatan), Nifaq ‘amaliy yaitu melakukan
sesuatu yang merupakan perbuatan orang-orang munafiq, tetapi masih tetap ada
iman di dalam hati. Nifaq jenis ini tidak
mengeluarkannya dari agama, namun merupakan washilah (perantara) kepada yang
demikian. Pelakunya berada dalam keadaan iman dan nifaq, dan jika perbuatan
nifaqnya lebih banyak maka hal itu bisa menjadi sebab terjerumusnya dia ke
dalam nifaq sesungguhnya, berdasarkan hadits Nabi saw :”Ada empat hal, yg jika
berada pada diri seseorang maka ia menjadi seorang munafiq sesungguhnya, dan
jika seseorang memiliki kebiasaan salah satu dari padanya, maka berarti ia
memiliki satu kebiasaan (ciri) nifaq sampai ia meninggalkannya ; bila dipercaya
ia berkhianat, dan jika berbicara ia bohong, jika berjanji ia ingkari, dan jika
bertengkar ia berucap kotor.” (Muttafaqun alaihi)
Seperti diketahui bahawasanya manusia itu adalah tidak
terjaga dari kesalahan dan dosa, sehingga sering kali dalam diri manusia itu
terkumpul kebiasaan-kebiasaan iman dan kebiasaan-kebiasaan kufur, kebiasaan
baik dan kebiasaan buruk.
Karena itulah ia mendapatkan pahala dan siksa sesuai
dengan konsekuensi dari apa yang mereka lakukan, seperti kebiasaan malas dalam
melakukan shalat jama’ah di masjid. Ini adalah sebagian dari sifat-sifat orang
munafiq. Sifat nifaq adalah sifat yang sangat buruk dan berbahaya, karena
itulah para sahabat sangat takut kalau diri mereka terjerumus dlm kemunafikan.
Ibnu abi Mulaikah berkata :”Aku bertemu dengan 30 sahabat Rasulullah saw,
mereka semua tahu kalau-kalau ada nifaq dalam dirinya.”
C.
BAHAYA
NIFAQ
Nifaq seperti kita kemukakan di depan adalah sifat
yang sangat berbahaya, baik dunia maupun akhirat. Bahaya nifaq di dunia kembali
kepada pelaku dan orang lain, dan di antara bahaya itu adalah :
1. Kerusakan di muka bumi, ini adalah inti dari bahaya yang ditimbulkan
oleh seorang munafiq, jadi nifaq dapat mengakibatkan segala kerusakan
bagaimanapun bentuknya, Allah berfirman :”Ingatlah sesungguhnya mereka itu
adalah perusak, akan tetapi mereka tidak merasa.” (QS.Al-Baqoroh
: 12)
2. Tersebarnya fitnah, ini termasuk salah satu bentuk
kerusakan yang timbul akibat sifat nifaq, Allah berfirman :”Andaikan mereka
ikut keluar bersama kalian (untuk berjihad), niscaya tidak akan bermanfaat bagi
kalian selain hanya akan menambah kerusakan, dan niscaya mereka akan sebarkan
fitnah untuk memecah belah kalian.” (QS.Al-Taubah :
47)
3.
Perpecahan di antara umat Islam, dan ini adalah salah
satubentuk kerusakan yang sangat besar bagi umat Islam, bukan hanya sekarang
dengan munculnya banyak orang yang mengatasnamakan Islam yang memberikan
pengaruh hebat di dunia internasional, padahal Islam terbebas darinya, akan
tetapi sejak zaman Rasulullah saw, kaum munafiq selalu mencari celah untuk
mengadu domba dan memecah belah umat. Allah swt berfirman :”Dan orang-orang yang membangun
masjid untuk membahayakan, serta keingkaran, dan dengan tujuan memecah belah
antara orang-orang yang beriman…” (QS.Al-Taubah : 107).
Inilah beberapa bahaya yang timbul akibat nifaq, semoga Allah
melindungi kita darinya yang mana nifaq hanya akan menimbulkan kerusakan di
muka bumi.
D.
BALASAN
BAGI ORANG MUNAFIQ
Dikarenakan buruknya sifat ini, maka Allah telah
menyiapkanbagi para pelaku nifaq, atau orang munafiq dengan balasan yang
setimpal, dan dengan redaksi yang bermacam-macam, di antaranya, perintah untuk
memerangi dan sikap tegas (keras) terhadap mereka, dan akhirnya dalam kerak
neraka Jahannamlah tempat mereka, Allah berfirman :”Wahai Nabi, perangilah
orang-orang kafir dan munafiq, dan ber sikap kasarlah (tegas) terhadap mereka
!” (QS.At-Taubah : 73)
E.
KESIMPULAN
-
Nifaq adalah sifat menampakkan iman dan menyembunyikan kekufuran.
- Nifaq ada dua macam, nifaq I’tiqodiy (keyakian) dan
nifaq ‘amaliy (perbuatan).
- Perbedaan
antara nifak besar ( nifaq I’tiqodiy ) & kecil ( nifaq ‘amaliy ).
Nifak besar mengeluarkan pelakunya dari agama, dan
nifak kecil tidak demikian. Nifaq
besar adalah berbedanya yang lahir dengan yang batin dalam hal keyakinan,
sedangkan nifaq kecil perbedaan dalam amal
perbuatan. Nifaq besar tidak terjadi dari seorang mukmin, sedangkan nifaq kecil
mungkin terjadi dari seorang mukmin.
Pada umumnya, pelaku nifaq besar tidak bertobat, dan
andaikan bertobat, para ulama berbeda pendapat dalam masalah diterima atau
tidak tobatnya. Adapun nifaq kecil, pelakunya umumnya bertobat. Orang munafiq
berada dalam kerak neraka Jahannam.
Demikianlah semoga kita dihindarkan oleh Allah dari
nifaq, dan semoga kita dijadikan orang-orang yang beriman dengan sesungguhnya,
amin.
- PENGERTIAN SYIRIK
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan
Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
Allah maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa’: 48)
Syirik
adalah menyamakan selain Allah dengan Allah pada perkara yang merupakan hak
istimewa-Nya. Hak istimewa Allah seperti: Ibadah, mencipta, mengatur, memberi
manfaat dan mudharat, membuat hukum dan syariat dan lain-lainnya. Syirik adalah
mensejajarkan selain Allah dengan Allah dalam hal–hal yang merupakan kekhususan
bagi Allah. Kekhususan Allah meliputi tiga hal rububiyah, uluhiyah, dan asma’
dan sifat. Bentuk-bentuk Syirik Bentuk-bentuk Syirik dapat dibagi kedalam 3
bagian :
1. Syirik
di dalam Al Uluhiyyah
Yaitu kalau seseorang menyakini bahwa ada tuhan
selain Allah yang berhak untuk disembah (berhak mendapatkan sifat-sifat
ubudiyyah). Yang mana Allah Subhanahuwa Ta’ala dalam berbagai tempat dalam
Kitab-Nya menyeru kepada hamba-Nya agar tidak menyembah atau beribadah kecuali
hanya kepada-Nya saja. Firman Allah Ta’ala : “Wahai manusia sembahlah Tuhanmu
yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelummu agar kamu bertakwa.
Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap dan
Dia menurunkan air (hujan) dari langit lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu
segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu karena itu janganlah kamu mengadakan
sekutu- sekutu bagi Allah padahal kamu mengetahuinya.” (QS. Al Baqarah : 21-22)
Perintah Allah dalam ayat ini agar semua manusia
beribadah kepada Rabb mereka dan bentuk ibadah yang diperintahkan antara lain
syahadat, shalat, zakat, shaum, haji, sujud, ruku’, thawaf, doa, tawakal, khauf
(takut), raja’ (berharap), raghbah (menginginkan sesuatu), rahbah
(menghindarkan dari sesuatu), khusu’, khasyah, isti’adzah (berlindung),
istighatsah (meratap), penyembelihan, nadzar, sabar dan lain lain dari berbagai
macam ibadah yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Di sisi lain ada
kerancuan yang terdapat di kalangan umum dalam memahami ibadah. Mereka
mengartikan ibadah dalam definisi yang sempit sekali seperti shalat, puasa,
zakat, haji. Ada pun yang lainnya tidak dikategorikan di dalamnya. Sungguh
indah perkataan Syaikhul Islam Abul Abbas Ibnu Taimiyyah rahimahullah dalam
mendefinisikan ibadah, beliau berkata : “Ibadah itu ialah suatu nama yang
mencakup semua perkara yang dicintai Allah dan diridhai- Nya, apakah berupa
perkataan ataupun perbuatan, baik dhahir maupun yang bathin.” Inilah pengertian
ibadah yang sesungguhnya, yaitu meliputi segala perkara yang dicintai dan
diridlai Allah, baik itu berupaperkataan maupun perbuatan. Hai manusia,
sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar
kamu bertakwa, (QS. Al-baqoroh 21)
Firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 21 di atas
menyatakan sembahlah Rabb kamu, dimaksudkan untuk mendekatkan pemahaman kepada
semua manusia bahwa Ar Rabb yang wajib disembah adalah yang telah
menciptakanmudan orang-orang sebelum kamu, yang menciptakan langit dan bumi
serta yang mampu menurunkan air (hujan) dari langit. Yang
dengan air hujan itu dihasilkan segala jenis buah-buahan sebagai rezeki bagi
kalian agar kalian mengetahui semua. Maka janganlah mengadakan sekutu-sekutu
bagi Allah dengan menyembah dan meminta rezeki kepada selain-Nya. Apakah kalian
tidak malu dan berpikir bahwa Allah yang menghidupkan dan yang memberi rezeki
kemudian kalian tinggalkan untuk beribadah kepada selain- Nya? Firman Allah
Ta?ala : “Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tak dapat memberi
rezeki kepada mereka sedikitpun dari langit dan bumi dan tidak berkuasa
(sedikit jua pun). Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah.
Sesungguhnya Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. An Nahl : 73-74)
2. Syirik
Di Dalam Ar Rububiyyah
Yaitu jika seseorang meyakini bahwa ada selain Allah yang
bisa menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan atau mematikan, dan yang lainnya
dari sifat-sifat ar rububiyyah. Orang-orang seperti ini
keadaannya lebih sesat dan lebih jelek daripada orang-orang kafir terdahulu.
Orang-orang terdahulu beriman dengan tauhid rububiyyah namun mereka
menyekutukan Allah dalam uluhiyyah. Mereka meyakini kalau Allah satu-satunya
Pencipta alam semesta namun mereka masih tetap berdoa, meminta pada
kuburan-kuburan seperti kuburan Latta. Sebagaimana Allah kisahkan tentang
mereka : Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka : “Siapakah yang
menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Tentu mereka
akan menjawab : “Allah.” Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan
yang benar). (QS. Al Ankabut : 61)
Firman Allah Ta’ala : Dan sesungguhnya jika kamu
tanyakan kepada mereka : “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Tentu
mereka akan menjawab : “Allah.” Katakanlah : “Segala puji bagi Allah.” Tetapi
kebanyakan mereka tidak mengetahuinya. (QS. Luqman : 25)
Ayat-ayat
ini semua menunjukkan kalau orang-orang musyrikterdahulu mengakui Allah-lah
satu-satunya pencipta yang menciptakan langit dan bumi, yang menghidupkan dan
mematikan, yang menurunkan hujan dan seterusnya. Akan tetapi mereka masih
memberikan peribadatan kepada yang lainnya. Maka bagaimanakah dengan
orang-orang yang tidak menyakini sama sekali kalau Allah-lah Penciptanya atau
ada tuhan lain yang menciptakan, menghidupkan, dan mematikan, yang menurunkan
hujaan dan seterusnya atau ada yang serupa dengan Allah dalam masalah-masalah
ini. Tentu yang demikian lebih jelek lagi. Inilah yang dimaksud syirik dalam
rububiyah.
3. Syirik Di Dalam Al Asma’ wa Ash Shifat
Yaitu kalau seseorang mensifatkan sebagian makhluk
Allah dengan sebagian sifat-sifat Allah yang khusus bagi-Nya. Contohnya,
menyakini bahwa ada makhluk Allah yang mengetahui perkara-perkara ghaib. Firman
Allah Ta?ala : (Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib. Maka Dia tidak
memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu.? (QS. Al Jin : 26)
JENIS-JENIS SYIRIK
- Syirik
Akbar
Syirik
ini menjadi penyebab keluarnya seseorang dari agama Islam, dan orang yang
bersangkutan jika meninggal dalam keadaan demikian, akan kekal di dalam neraka.
Hakikat syirik akbar adalah memalingkan salah satu jenis ibadah kepada selain
Allah! Seperti :
-
memohon dan taat kepada selain Allah - bernadzar untuk selain Allah - takut
kepada mayat, kuburan, jin, setan disertai keyakinan bahwa hal-hal tersebut
dapat memberi bahaya dan mudharat kepadanya.
-
memohon perlindungan kepada selain Allah, seperti meminta perlindungan kepada
jin dan orang yang sudah mati
-
mengharapkan sesuatu yang tidak dapat diwujudkan kecuali oleh Allah
- seperti meminta hujan kepada pawang, meminta
penyembuhan kepada dukun dengan keyakinan bahwa dukun itulah yang
menyembuhkannya, mengaku mengetahui perkara ghaib, menyembelih hewan kurban
yang ditujukan untuk selain Allah.
Macam-macam
Syirik Besar
a. Syirik
dalam berdoa
Yaitu meminta kepada selain Allah, disamping meminta
kepada-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam kitab-Nya (yang
terjemahannya): “Dan orang-orang yang kamu seru selain Allah tiada mempunyai
apa-apa meskipun setipis kulit ari. Jika kamu meminta kepada mereka, mereka
tiada mendengar seruanmu, dan kalau mereka mendengar mereka tidak dapat
memperkenankan permintaanmu. (QS. Faathir: 13-14)
b. Syirik
dalam sifat Allah
Seperti keyakinan bahwa para nabi dan wali
mengetahui perkara-perkara ghaib. Allah Ta’ala telah membantah keyakinan
seperti itu dengan firman-Nya (yang terjemahannya): “Dan pada sisi Allah-lah
kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia
sendiri.” (QS. Al-An’am : 59). Lihat QS. Al-Jin: 26-27. Pengetahuan tentang hal
yang ghaib merupakan salah satu hak istimewa Allah, menisbatkan hal tersebut kepada
selain- Nya adalah syirik akbar.
c. Syirik
dalam Mahabbah (kecintaan)
Mencintai seseorang, baik wali atau lainnya layaknya
mencintai Allah, atau menyetarakan cinta-nya kepada makhluk dengan cintanya
kepada Allah Ta’ala. Mengenai hal ini Allah Ta’ala berfirman (yang
terjemahannya): “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allah, adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.
(QS. Al-Baqarah: 165).
Mahabbah dalam ayat ini adalah mahabbatul ubu- diyah
(cinta yang mengandung unsur-unsur ibadah), yaitu cinta yang dibarengi dengan
ketundukan dan kepatuhan mutlak serta mengutamakan yang dicintai daripada yang
lainnya. Mahabbah seperti ini adalah hak istimewa
Allah, hanya Allah yang berhak dicintai seperti itu, tidak boleh diperlakukan
dan disetarakan dengan-Nya sesuatu apapun.
d. Syirik
dalam ketaatan
Yaitu ketaatan kepada makhluk, baik wali ataupun
ulama dan lain-lainnya, dalam mendurhakai Allah Ta’ala. Seperti mentaati mereka
dalam menghalal-kan apa yang diharamkan Allah Ta’ala, atau mengharamkan apa
yang dihalalkan-Nya. Mengenai hal ini
Allah Subhanahu wa Ta ala berfirman (yang
terjemahannya) : Mereka menjadikan orang-orang alim, dan rahib-rahib mereka
sebagai Tuhan selain Allah. (QS. At- Taubah: 31). Taat kepada ulama dalam hal
kemaksiatan inilah yang dimaksud dengan menyembah berhala mereka! Berkaitan
dengan ayat tersebut di atas, Rasulullah SAW menegaskan (yang terjemahannya):
Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada al-Khaliq (Allah).
(Hadits Shahih, diriwayatkan oleh Ahmad).
e. Syirik
khauf (takut)
Jenis-jenis takut :
1. Khauf Sirri; yaitu takut kepada selain Allah Subhanahu wa
Ta’ala, berupa berhala, thaghut, mayat, makhluk gahib seperti jin, dan
orang-orang yang sudah mati, dengan keyakinan bahwa mereka dapat menimpakan
mudharat kepada makhluk. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang
terjemahannya): Janganlah kamu takut kepada mereka, takutlah kamu kepada-Ku
jika kamu benar-benar orang beriman.(QS. Ali Imran: 175).
2. Takut
yang menyebabkan seseorang meninggalkan kewajibannya, seperti: Takut kepada
seseorang sehingga menyebabkan kewajiban ditinggalkan. Takut seperti in
hukumnya haram, bahkan termasuk syirik ashghar (syirik kecil). Berkaitan dengan
hal tersebut Rasulullah SAW bersabda (yang terjemahannya): “Janganlah seseorang
dari kamu menghinakan dirinya!” Shahabat bertanya: Bagaimana mungkin seseorang
menghinakan dirinya sendiri? Rasulullah bersabda: “Yaitu ia melihat hak Allah
yang harus ditunaikan, namun tidak ditunaikannya! Maka Allah akan berkata
kepadanya di hari kiamat: Apa yang mencegahmu untuk mengucapkan begini dan
begini?”. Ia menjawab: “Karena takut kepada manusia!”. Allah berkata:
“Seharusnya hanya kepadaKu saja engkau takut”. (HR. Ibnu Majah dari Abu Said al
Khudry, Shahih).
3. Takut
secara tabiat, takut yang timbul karena fitrah manusia seperti takut kepada
binatang buas, atau kepada orang jahat dan lain-lainnya. Tidak termasuk syirik,
hanya saja seseorang janganlah terlalu didominasi rasa takutnya sehingga dapat
dimanfaatkan setan untuk menyesatkannya.
f.
Syirik hulul
Percaya bahwa Allah menitis kepada makhluk-Nya. Ini
adalahaqidah Ibnu Arabi (bukan Ibnul Arabi, beliau adalah ulama Ahlus Sunnah)
dan keyakinan sebagian kaum Sufi yang ekstrem.
g. Syirik
Tasharruf
Keyakinan bahwa sebagian para wali memiliki kuasa
untuk bertindak dalam mengatur urusan makhluk. Keyakinan seperti ini jelas
lebih sesat daripada keyakinan musyrikin Arab yang masih meyakini Allah sebagai
Pencipta dan Pengatur alam semesta.
h. Syirik
Hakimiyah
Termasuk syirik hakimiyah adalah membuat
undang-undang yang betentangan dengan syariat Islam, serta membolehkan
diberlakukannya undang undang tersebut atau beranggapan bahwa hukum Islam tidak
sesuai lagi dengan zaman. Yang tergolong musyrik dalam hal ini adalah para
hakim yang membuat dan memberlakukan undang-undang, serta orang- orang yang
mematuhinya, jika meyakini kebenaran UU tersebut dan rela dengannya.
i.
Syirik tawakkal
Tawakkal
ada tiga jenis:
-
Tawakkal dalam perkara yang hanya mampu dilaksanakan oleh Allah saja. Tawakkal
jenis ini harus diserahkan kepada Allah semata, jika seseorang menyerahkan atau
memasrahkannya kepada selain Allah, maka ia termasuk Musyrik.
-
Tawakkal dalam perkara yang mampu dilaksanakan para makhluk. Tawakkal jenis ini
seharusnya juga diserahkan kepada Allah, sebab menyerahkannya kepada makhluk
termasuk syrik ashghar.
-
Tawakkal dalam arti kata mewakilkan urusan kepada orang lain dalam perkara yang
mampu dilaksanakannya. Seperti dalam urusan jual beli dan lainnya. Tawakkal
jenis ini diperbolehkan, hanya saja hendaklah seseorang tetap bersandar kepada
Allah Subhanahu wa Taala, meskipun urusan itu diwakilkan kepada makhluk.
j.
Syirik niat dan maksud
Yaitu
beribadah dengan maksud mencari pamrih manusia semata, mengenai hal ini Allah
Subhanahu wa Taala berfirman (yang terjemahannya):
“Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan
perhiasannya, niscaya Kami berikan kepadanya balasan pekerjaan mereka di dunia
dengan sempurna, dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang
yang tidak akan memperoleh di akhirat kecuali neraka, dan lenyaplah di akhirat
itu apa yang telah mereka usahakan di dunia, dan sia- sialah apa yang telah
mereka kerjakan”. (QS. Hud: 15-16).
Syirik
jenis ini banyak menimpa kaum munafiqin yang telah biasa beramal karena riya.
j.
Syirik dalam Hal
Percaya Adanya Pengaruh Bintang dan Planet terhadap Berbagai Kejadian dan Kehidupan
Manusia.
Dari Zaid bin Khalid Al Juhani, ia berkata: Rasulullah
SAW bersabda (yang terjemahannya): Allah berfirman: “Pagi ini di antara hambaku
ada yang beriman kepada-Ku dan ada pula yang kafir. Adapun
orang yang berkata, kami diberi hujan dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, maka
dia beriman kepada-Ku dan kafir terhadap bintang. Adapun orang yang berkata:
Hujan itu turun karena bintang ini dan bintang itu maka dia telah kufur
kepada-Ku dan beriman kepada bintang”. (HR, Bukhari). Lihat Fathul Bary,
2/333).
Termasuk dalam hal ini adalah mempercayai astrologi
(ramalan bintang) seperti yang banyak kita temui di koran dan majalah. Jika ia
mempercayai adanya pengaruh bintang dan planet-planet terse-but maka dia telah
musyrik. Jika ia membacanya sekedar untuk hiburan maka ia telah melakukan
perbuatan maksiat dan dosa. Sebab tidak dibolehkan mencari hiburan dengan
membaca hal-hal syirik. Disamping setan terkadang berhasil menggoda jiwa
manusia sehingga ia percaya kepada hal-hal syirik tersebut. Maka, membacanya
termasuk sarana dan jalan menuju kemusyrikan.
Kisah
Seputar Syirik Besar
Masuk Neraka karena seekor lalat
Thariq bin Syihab menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam bersabda (yang terjemahannya): Ada seseorang masuk surga
karena seekor lalat, dan ada seseorang masuk neraka karena seekor lalat pula.
Para shahabat bertanya: Bagaimana hal itu, ya Rasulullah? Beliau menjawab: Ada dua orang berjalan melewati
suatu kaum yang mempunyai berhala, yang mana tidak seorang pun melewati berhala
itu sebelum mempersembahkan kepadanya suatu kurban.
Ketika itu, berkatalah mereka kepada salah seorang
dari kedua orang tersebut: Persembahkanlah kurban kepadanya! Dia menjawab: Aku
tidak mempunyai sesuatu yang dapat kupersem-bahkan kepadanya. Mereka pun
berkata kepadanya lagi: Persembahkan sekalipun seekor lalat. Lalu orang itu
mempersembahkan seekor lalat, mereka pun memperkenankan dia untuk meneruskan
perjalanan.
Maka dia
masuk neraka karenanya. Kemudian berkatalah mereka kepada seorang yang lain:
Persembahkanlah kurban kepadanya. Dia menjawab: Aku tidak patut mempersembahkan
sesuatu kurban kepada selain Allah ‘Azza wa Jalla. Kemudian mereka memenggal
lehernya, karenanya orang ini masuk surga. (HR. Imam Ahmad).
Dan termasuk penyembelihan jahiliyah yang terkenal
di zaman kita sekarang ini- adalah menyembelih untuk jin. Yaitu manakala mereka
membeli rumah atau membangunnya, atau ketika menggali sumur mereka menyembelih
di tempat tersebut atau di depan pintu gerbangnya sebagai sembelihan (sesajen)
karena takut dari gangguan jin. (Lihat Taisirul Azizil Hamid, hal. 158).
2.
Syirik Ashghar
Yaitu setiap ucapan atau perbuatan yang dinyatakan
syirik oleh syara tetapi tidak mengeluarkan dari agama. Ia merupakan dosa besar
yang dapat mengantarkan kepada syirik akbar.
Macam-macam
syirik asghar:
a. Zhahir
(nyata)
Berupa ucapan: Rasulullah SAW bersabda (yang
terjemahannya): “Barangsiapa yang bersumpah dengan selain nama Allah, maka ia
telah berbuat syirik”. (HR. Ahmad, Shahih).
Dan sabda Nabi SAW yang lain (yang terjemahannya):
“Janganlah kamu berkata: Atas kehendak Allah dan kehendak Fulan. Tapi
katakanlah: Atas kehendak Allah , kemudian kehendak Fulan”. (HR. Ahmad,
Shahih).
Berupa amalan, seperti: Memakai gelang, benang, dan
sejenisnya sebagai pengusir atau penangkal mara bahaya, jika ia meyakini bahwa
benda-benda tersebut hanya sebagai sarana tertolak atau tertangkalnya bala. Namun
bila dia meyakini bahwa benda-benda itulah yang menolak dan menangkal bala, hal
itu termasuk syirik akbar. Imran bin Hushain radiallahu anhu menuturkan, bahwa
Nabi SAW melihat seorang laki-laki terdapat di tangannya gelang kuningan, maka
beliau bertanya (yang terjemahannya): “Apakah ini?”.
Orang itu menjawab: Penangkal sakit. Nabi pun
bersabda: “Lepaskan itu karena dia hanya akan menambah kelemahan pada dirimu;
sebab jika kamu mati sedang gelang itu masih ada pada tubuhmu, kamu tidak akan
beruntung selama- lamanya”. (HR. Imam Ahmad dengan sanad yang bisa diterima).
Dan riwayat Imam Ahmad pula dari Uqbah bin Amir
dalam hadits marfu (yang terjemahannya): Barang siapa menggantungkan tamimah,
semoga Allah tidak mengabul- kan keinginannya; dan barang siapa menggantungkan
wadaah, semoga Allah tidak memberi ketenangan pada dirinya. Disebutkan dalam
riwayat lain: Barang siapa menggantungkan tamimah, maka dia telah berbuat
syirik. (Tamimah adalah sesuatu yang dikalungan di leher anak- anak sebagai
penangkal atau pengusir penyakit, pengaruh jahat yang disebabkan rasa dengki
seseorang dan lain sebagainya. Wadaah adalah sejenis jimat).
b.
Khafi (tersembunyi); syirik yang bersumber dari amalan hati, berupa riya,
sumiah dan lain-lainnya.
BAHAYA SYIRIK
1. Syirik
Ashghar (tidak mengeluarkan dari agama).
a.
Merusak amal yang tercampur dengan syirik ashghar. Dari Abu
Hurairah radiallahu anhu marfu (yangterjemahannya): Allah berfirman: “Aku tidak
butuh sekutu- sekutu dari kalian, barang siapa yang melakukan suatuamalan yang
dia menyekutukan-Ku padanya selain Aku,maka Aku tinggalkan dia dan
persekutuannya”. (Riwayat Muslim, kitab az-Zuhud 2985, 46).
b. Terkena
ancaman dari dalil-dalil tentang syirik, karena salaf menggunakan setiap dalil
yang berkenaan dengan syirik akbar untuk syirik ashghar. (Lihat al-Madkhal, hal
124).
c. Termasuk
dosa besar yang terbesar.
2.
Syirik Akbar
a.
Kezhaliman terbesar.
Firman Allah Ta’ala (yang terjemahannya):
“Sesungguhnya syirik itu kezhaliman yang besar”. (QS. Luqman: 13).
b.
Menghancurkan seluruh amal.
Firman Allah Ta’ala (yang terjemahannya): “Sesungguhnya
jika engkau berbuat syirik, niscaya hapuslah amalmu, dan benar-benar engkau
termasuk orang yang rugi”. (QS. Az- Zumar: 65).
c.
Jika meninggal dalam keadaan syirik, maka tidak akan diampuni
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Firman Allah Ta’ala (yang terjemahannya):Sesungguhnya,
Allah tidak akan mengampuni jika disekutukan, dan Dia akan mengampuni selain
itu (syirik) bagi siapa yang (Dia) kehendaki. (QS.
An-Nisa: 48, 116).
d. Pelakunya
diharamkan masuk surga.
Firman Allah Ta’ala (yang terjemahannya): “Sesungguhnya
barang siapa menyekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan jannah baginya
dan tempatnya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang zhalim itu seorang
penolong pun”. (QS. Al-Maidah: 72).
e. Kekal
di dalam neraka.
Firman Allah Ta’ala (yang terjemahannya): “Sesungguhnya
orang kafir, yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka
jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka itu
adalah seburuk-buruk makhluk”. (QS. Al- Bayyinah: 6).
f.
Syirik adalah dosa
paling besar.
Firman Allah Ta’ala (yang terjemahannya):
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia,
dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu. Bagi siapa yang
mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat
sejauh-jauhnya”. (QS. An-Nisa: 116).
g. Perkara
pertama yang diharamkan oleh Allah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang terjemahannya):
“Katakanlah: Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak
ataupun ter-sembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan
yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah
tidak menu-runkan hujjah untuk itu dan (meng- haram-kan) mengada-adakan
terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui”. (QS.
Al-Araaf: 33).
h. Dosa
pertama yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Lihat Quran surah
Al-Anaam: 151.
Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas
kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia,
berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh
anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan
kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik
yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh
jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang
benar” Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).
(
Qs. Al-Anam )
i.
Pelakunya adalah orang-orang najis (kotor) akidahnya. Allah Ta’ala berfirman
(yang terjemahannya): “Hai orang- orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang
musyrik itu najis”. (QS. At-Taubah: 28).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
jangan lupa komentarnya :) no SARA!