AL-QUR'AN DAN WAHYU
Oleh: Prof. Dr. H. Maragustam
Siregar, M.A.
A. PENGERTIAN WAHYU DAN AL-QUR'AN
Al-Wahy atau wahyu adalah kata masdar (infinitif);
dan materi kata itu menunjukkan dua
pengertian dasar, yaitu: tersembunyi dan cepat. Oleh sebab itu, maka dikatakan bahwa wahyu ialah pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat yang khusus
ditujukan kepada orang yang diberitahu tanpa diketahui orang lain. Menurut ilmu bahasa, wahyu ialah : isyarat
yang cepat dengan tangan dan sesuatu
isyarat yang dilakukan bukan dengan tangan. Juga bermakna surat, tulisan, sebagaimana bermakna pula, segala yang
kita sampaikan kepada orang lain untuk
diketahuinya.
Wahyu itu ialah : yang dibisikkan kedalam
sukma, diilhamkan dan isyarat cepat yang lebih mirip kepada dirahasiakan daripada dilahirkan.
Pengertian wahyu dalam arti bahasa meliputi:
1.
Ilham sebagai bawaan
dasar manusia, seperti wahyu terhadap ibu Nabi Musa:
"Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa: "Susuilah dia... " (al
Qasas [28]:7).
Ilham yang berupa
naluri pada binatang, seperti wahyu kepada lebah:
Dan Tuhanmu telah mewahyukan (ilhamkan) kepada lebah: 'Buatlah sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di rumah-rumah yang didirikan
manusia. (an-Nahl [16]:68).
2.
Isyarat yang cepat
melalui rumus dan kode, seperti isyarat Zakaria yang diceritakan Qur'an:
"Maka keluarlah dia dari mihrab,
lalu memberi isyarat kepada mereka:
'Hendaklah kamu bertasbih
di waktu pagi dan petang. "'
(Maryam [19]:11).
3.
Bisikan dan tipu daya setan untuk menjadikan yang buruk kelihatan indah dalam diri manusia.
"Sesungguhnya syaitan-syaitan itu membisikkan kepada kawankawannya agar mereka membantah kamu." (al-An`am [6]:121).
"Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan dari jenis
manusia dan dari jenis jin; sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain
perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu manusia." (al-An'am [61:112).
4.
Apa yang disampaikan Allah kepada para
malaikatnya berupa suatu perintah untuk
dikerjakan.
"Ingatlah ketika Tuhanmu mewahyukan kepada
para malaikat: 'Sesungguhnya
Aku bersama kamu, maka
teguhkanlah pendirian orang-orang yang beriman. "' (al-Anfal [8]:12).
Sedangkan menurut istilah, wahyu ialah : sebutan bagi sesuatu yang
dituangkan dengan cara yang cepat
dari Allah kedalam dada Nabi-nabi-Nya, sebagaimana dipergunakan juga untuk lafadz Al-Qur'an. Dapat diartikan juga bahwa wahyu Allah kepada nabi-nabi-Nya adalah : pengetahuan pengetahuan yang Allah tuangkan kedalam jiwa Nabi, untuk mereka sampaikan
kepada manusia untuk menunjuki dan
memperbaiki mereka didalam dunia serta membahagiakan
mereka diakhirat.
Oleh sebab itu para ulama berpendapat mengenai cara turunnya wahyu Allah
yang berupa Qur'an kepada Jibril dengan beberapa pendapat:
1.
Bahwa Jibril menerimanya
secara pendengaran dari Allah dengan lafalnya yang khusus.
2.
Bahwa Jibril
menghafalnya dari lauhul mahfuz.
3.
Bahwa maknanya disampaikan kepada Jibril, sedang lafalnya adalah lafal Jibril, atau lafal Muhammad s.a.w.
Pendapat pertama itulah yang benar; dan
pendapat itu yang dijadikan pegangan oleh Ahlus Sunnah wal
Jama'ah, serta diperkuat oleh hadis Nawas
bin Sam'an yakni:
Hadis dari Nawas bin
Sam’an r.a. yang mengatakan: Rasulullah s.a.w. berkata: Apabila Allah hendak
memberikan wahyu mengenai suatu urusan, Dia berbicara melalui wahyu, maka
langit pun tergetarlah dengan getaran atau dia mengatakan dengan goncangan yang
dahsyat karena takut kepada Allah ‘azza wa jalla. Apabila penghuni langit
mendengar hal itu, maka pingsan dan jatuh bersujudlah mereka itu kepada Allah.
Yang pertama sekali mengangkat muka di antara mereka itu adalah Jibril, maka Allah
membicarakan wahyu itu kepada Jibril menurut apa yang dikehendakiNya. Kemudian
Jibril berjalan melintasi para malaikat. Setiap kali dia melalui satu langit,
maka bertanyalah kepadanya malaikat langit itu: Apakah yang telah dikatakan
oleh Tuhan kita wahai Jibril? Jibril menjawab: Dia mengatakan yang hak dan
Dialah yang Mahatinggi lagi Mahabesar. Para malaikat itu semuanya pun mengatakan seperti apa yang dikatakan
Jibrial. Lalu Jibril menyampaikan wahyu itu seperti diperintahkan Allah azza wa
jalla. (HR. Thabrani).
b. Al-Qur'an
Al-Qur'an menurut pendapat yang paling kuat seperti yang dikemukakan Dr.Subkhi Al-Shalih berarti "bacaan ", asal katanya adalah "qara 'a ". Kata A1Qur'an itu berbentuk
masdar dengan arti isim maf ul yaitu "maqru "' (yang dibaca).
Sedangkan menurut istilah Al-Qur'an ialah : "Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan (diwahyukan)
kepada Nabi Muhammad SAW dan yang ditulis di
mushaf dan diriwayatkan secara mutawatir serta membacanya adalah ibadah, dimulai dari al-Fatihah dan diakhir dengan
al-Nas. Dengan demikian kalam
Allah yang diturunkan kepada Nabi-nabi selain Nabi Muhammad SAW, tidaklah dinamakan Al-Qur'an.
B. CARA AL-QUR'AN DIWAHYUKAN
Nabi Muhammad SAW dalam hal menerima wahyu
mengalami bermacammacam cara dan keadaan,
diantaranya
1. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi dengan rupanya yang asli. Hal ini tersebut dalam Al-Qur'an.
"Sesungguhnya Muhammad telah melihatnya
(Jibril) pada kali yang lain. Ketika (ia berada) di Sidratul Muntaha ". (QS. A n-Najm :13-14)
2. Malaikat memasukkan wahyu kedalam hatinya. Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW tidak melihat sesuatu apapun, hanya
beliau merasa bahwa itu sudah berada saja dalam kalbunya. Mengenai hal ini Nabi mengatakan : "Ruhul
Qudus mewahyukan ke dalam kalbuku ". (QSAsySyuura : 51)
3. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi Muhammad
SAW berupa seorang laki-laki yang mengucapkan kata-kata
kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal
benar akan kata-kata itu.
4. Wahyu datang kepadanya seperti gemerincing
lonceng. Cara yang seperti inilah yang amat berat
yang dirasakan oleh Nabi. Kadang-kadang pada keningnya bercucuran keringat, terkadang disaat
beliau mengendarai unta, untanya berhenti dan
terduduk karena merasakan beban yang teramat berat.
5. Allah berbicara kepada Nabi dari belakang hijab,
baik dalam keadaan nabi yang sadar (jaga),
sebagaimana sewaktu beliau Isra', ataupun
dalam keadaan tidur seperti
yang diriwayatkan oleh Turmudzi melalui sebuah hadits dari Muadz.
6. Melalui mimpi yang
benar.
7. Israfil turun membawa beberapa kalimat wahyu, sebelum Jibril datang membawa wahyu Al-Qur'an.
8. Segolongan ahli ilmu berpendapat, bahwa
ada lagi satu cara wahyu itu diturunkan, yaitu Allah berbicara langsung dengan
Nabi dengan bertatap muka tanpa
hijab. Adapun pendapat ini berdasarkan faham bahwa Nabi Muhammad dapat melihat Allah dengan mata kepalnya.
Hal inilah yang kemudian banyak
diperselisihkan oleh para ulama. Karena
`Aisyah menolak pendapat bahwa
Rasulullah SAW dapat melihat Allah dengan
C. HIKMAH AL-QUR'AN DITURUNKAN BERANGSUR-ANGSUR.
Dari beberapa
sumber yang ada menyebutkan bahwa Al-Qur'an itu
diturunkan secara
berangsur-angsur dalam masa 22 tahun 2 bulan 22 hari. 13 tahun
di Mekkah dan 10 tahun di
Madinah. Turunnya Al-Qur'an secara berangsur
angsur sudah barang
tentu ada hikmah yang terkandung dibalik semua itu. Hikmah
turunnya Al-Qur'an
secara berangsur-angsur diantaranya.
1. Agar lebih mudah dimengerti dan diamalkan.
Apabila A1-Qur'an yang berisikan perintah dan larangan diturunkan
sekaligus, maka niscaya manusia akan merasa
kesulitan untuk mengamalkannya. Hal ini disebutkan dala sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Aisyah r.a.
2. Turunnya suatu ayat sesuai dengan
peristiwa-peristiwa yang terjadi. Hal ini tentu akan lebih mengesankan dan lebih berpengaruh didalam hati manusia. Wahyu itu apabila diturunkan tiap-tiap waktu
kejadian, maka teguhlah hati orang
yang menerimanya.
3. Memudahkan proses
penghafalannya.
4. Diantara ayat -ayat yang turun, ada yang
merupakan jawawaban daripada pertanyaan-pertanyaan
atau penolakan terhadap suatu pendapat atau perbuatan. Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abbas r.a., hal ini tidak mungkin
terjadi jika kalu Al-Qur'an diturunkan sekaligus.
5. Diantara ayat-ayat itu ada yang nasikh dan ada
yang mansukh sesuai dengan kemaslahatan. Hal
ini tidak dapat dilakukan sekiranya Al-Qur'an diturunkan secara sekaligus.
D. KEDUDUKAN AL-QUR'AN
Apabila kita memandang
Al-Qur'an dalam konteks dasar-dasar keislaman, maka kedudukan A1-Qur'an merupakan sumber utama
(sumber dari segala sumber) atau pokok-pokok
asasy bagi syari'at Islam. Kemudian dari A1-Qur'an inilah diambil segala pokok-pokok syari'at dan
cabang-cabangnya. Sehungga dapat pula dikatakan
bahwa Al-Qur'an merupakan dasar kully bag] syari'at Islam dan pengumpul segala hukum. Allah berfirman dalam
Al-Qur'an.
Oleh karena Al-Qur'an dasar-dasar pokok, maka
dalam hal memahaminya memerlukan tafshil. Oleh
karena itu Al-Qur'an memerlukan hadits dalam hal penjelsannya. Maka dikenallah bahwa hadits (sunnah) merupakan sumber yang kedua dalam Islam setelah Al-Qur'an.
E. NAMA-NAMA AL-QUR'AN
Al-Qur'an mempunyai beberapa nama yang kesemuanya menunjukkan kedudukannya
yang tinggi dan luhur, dan secara mutlak AlQur'an adalah kitab samawy yang paling mulia.
Karenanya dinamailah kitab samawy itu dengan: Al-Qur'an, Al-Furqan, At-Tanzil, AdaDzikr, Al-Kitab dsb. Seperti halnya
Allah juga telah memberi sifat tentang AI-Qur'an sifat-sifat yang luhur antara
lain; nur/cahaya, hudan (petunjuk), rahmat,
syifa' (obat), mau'izhah (nasehat), `aziz (mulia), mubarak (yang diberkahi), basyir (pembawa
khabar balk), nadzir (pembawa khabar
buruk) dan sifat-sifat lain
yang menunjukkan kebesaran dan kesuciannya.
Alasan penamaan:
- Alasan dinamainya dengan Al Qur'an ialah karena
banyak (kata-kata Al-Qur'an) terdapat dalam ayat, antara lain firman
Allah s w.t.: Qaaf: 1:
Dan Firman-Nya al-Isra’ :9
Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberi petunjuk pada jalan yang amat lurus. (Al-Isra: ayat 9).
2. Alasan Al-Qur'an dinamai dengan Al-Furqan sebagaimana tertera dalam firman Allah s. w, t.:
Maha Suci Allah yang telah menurunkan
Al-Furqaan (Al Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan
kepada seluruh alam (al-Furqan: 1)
- Alasan
Alquran diberi nama dengan at-Tanzil sebagaimana tertera dalam firman
Allah asy-Suara: 192-193):
Dan
sesungguhnya Al Qur'an (al-Tanzil) ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan
semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al Amin (Jibril).
- Alasan dinamakan dengan Adz-Dzikr sebagaimana
disebutkan dalam QS. Al-Hijr: 9:
Sesungguhnya
Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an (adz-Dzikr), dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya.
- Alasan dinamakan dengan Al-Kitab sebagaimana tertera
dalam firman Allah QS. Ad-Dukhan: 1-3:
Haa Miim.
Demi Kitab (Al Qur'an) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya pada
suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.
Adapun mengenai sifat-sifatnya sungguh tertera dalam
sejumlah ayat-ayat Alquran, bahkan sedikit sekali (jarang) surat-surat dalam
Alquran yang tiak menyebutkan sifat-sifat yang indah dan mulia terhadap kitab
yang diturunkan oleh Tuhan yang Maha Mulia yang dijadikan mukjizat yang abadi
bagi seorang Nabi yang terakhir, Diantaranya:
Hai manusia! Sesungguhnya telah datang kepadamu
pelajaian dari Tuhanmu dan penyembuh bagi
penyakit penyakit yang berada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Yunus ayat 57).
Dan Kami turunkan dari
Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman
dan Al Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang dzalim selain
kerugian. Al-Isra;: 82.
Dan jika Kami jadikan Al Qur'an itu suatu bacaan dalam selain bahasa Arab
tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?".
Apakah (patut Al Qur'an) dalam bahasa asing, sedang (rasul adalah orang) Arab?
Katakanlah: "Al Qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang
yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada
sumbatan, sedang Al Qur'an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah
(seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh".
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman. Yunus: 57.
Kata "Al-Qur'an" adalah sama halnya dengan kata "Qira'at" adalah masdar dari kata "qara'a-qira'atan dan qur'anan". Demikianlah menurut sebagian ulama dengan mengambil alasan Firman Allah QS. Al-Qiyamah: 17-18:
/
Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah
mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kamu
telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.(A1-Qiyamah ayat 17-18).
Pengertian "qur'anahu" di sini sama dengan
"qira'atahu". Maka lafaszh
"qur'an" menurut pendapat ini adalah musytak (pengambilan dari kata kerja).
Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa lafazh Al-Qur'an bukanlah musytak dari qara'a melainkan isim alam (nama sesuatu) bagi kitab yang mulia sebagaimana halnya
nama Taurat dan Injil. Ini adalah pendapat Imam Syafi'i (Lihat kitab "Mabahitsul Qur'an karangan Al-Ustadz Manna' Al-Qaththan.
F. AYAT PERTAMA DAN TERAKHIR TURUNNYA
Pcrmulaan turun AI-Qur'anul Karim adalah tanggal 17 Ramadhan tahun ke 40 dari kelahiran Nabi s a w. yaitu dikala beliau sedang bertahannuts (beribadah) di Gua Hira, dimana
kala itu turun wahyu (Jibril AI-Amin)
dengan membawa beberapa ayat AIQur'anul
Hakim. la (Jibril) menyekap Nabi ke dadanya lalu melepaskannya
(dan melakukan yang demikian itu berulang tiga kali), sambil mengatakan "iqra' (bacalah)" pada setiap kalinya, dan Rasul s a w. menjawabnya "ma ana bi qaari (saya tidak
bisa membaca)". Pada dekapan yang ketiga
kalinya Jibril membacakan:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang
mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Al-Alaq:
1-5.
Adapun ayat terakhir turun ialah QS.
Al-Baqarah: 281:
Dan peliharalah dirimu dari (adzab yang
terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah.
Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang
telah dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan).
Ini adalah pendapat
yang benar dan kuat menurut basil seleksi para Ulama yang tokohnya
As-Sayuthy. Pendapat ini dikutip dari seorang tokoh ummat, yaitu Abdullah bin Abbas yang diriwayatkan oleh Nasa'i dari `Ikrimah dari Ibnu Abbas,
bahwasanya ia berkata: "Ayat Al-Qur'an yang terakhir diturunkan.ialah
ayat:
Dan Nabi setelah turun ayat
itu hanya hidup 9 (sembilan hari) yang kemudian beliau wafat pada mat am Senin tanggal 3 Robi'ul Awwal. Adapun pendapat sebagian Ulama yang mengatakan
bahwa ayat Al-Qur'an yang terakhir diturunkan ialah firman
Allah al-Maidah: 3:
Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan ni'mat-Ku kepadamu serta telah Ku-
ridhai bagimu Islam itu sebagai agama.(Al-Maidah: ayat 3)
Ini adalah pendapat yang tidak benar, karena ayat
tersebut diturunkan kepada Rosul s a
w. pada waktu beliau melaksanakan haji wada` di kala beliau wukuf di 'Arafah, yang setelah itu
beliau masih sempat hidup selama 81 (delapanpuluh satu) hari, dan
sebelum beliau wafat turun sebuah
ayat dari surat Al-Baqarah:
Maka itulah ayat yang
terakhir diturunkan, bukan ayat pada surat Al-Maidah. Inilah pendapat yang benar, dan dengan
turunnya ayat ini terputuslah
wahyu, dan sekaligus sebagai akhir hubungan antara langit dengan bumi. Setelah turun
penutup/yang terakhir ayatAI-Qur'an ini, Rosulullah
s a w. pindah ke pangkuan Yang Maha Agung (wafat) setelah beliau
menyampaikan amanat dan risalahnya serta menunjukkan manusia
kepada ajaran Allah.
Ayat AI-Maidah sebagal ayat yang
belakaegao diturunkan.
Diantara dalil yang
menunjukkan bahwa ayat pada surat AlMaidah diturunkan dikala Haji Wad;' adalah sebuah hadits Fang diriwayatkan dalam Shahih Bukhary bahwa salah
seorang Yahudi pernah datang men1hadap Umar Ihnu Khattah clan herkata: Amirul Mukminin!,ada sebuah ayat dalam
kitabmu yang kalau diturunkan kepada kami
golongan Yahudi niscava hari turunnya itu
akan kami jadikan sebagai hari besar (ied). Umar bertanya: Ayat manakah yang anda maksudkan? la menjawab:
"Firman Allah s. W. t.:
Seraya Umar menjawab:
"Demi Allah, Sungguh aku tahu benar tempat diturunkannya ayat
tersebut serta saat dimana diturunkan. Ayat tersebut diturunkan pada waktu Rasul s a w. berada di Arafah, Hari Jum'at setelah Ashar".') Tegasnya ayat
tersebut diturunkan pada suatu hari raya
Islam. yang paling
besar, yaitu hari raya yang melebihi hari raya lainnya.
Catatan
Imam As-Sayuthy dalam
kitabnya Al-Itgan fi 'Ulumil Qur'an mengemukakan beberapa persoalan tentang ayat yang
pertama dan yang terakhir diturunkan. Beliau menjawab persoalan tersebut dengan jawaban yang tepat dapat kami simpulkan sebagai berikut:
Persoalan pertama: Bahwasanya telah diriwayatkan dalam shahih Bukhary Muslim (shahihain),dari hadits Jabir bin
Abdillah bahwa is ditanya: "Ayat Al-Qur'an manakah yang pertama diturun
kan? la menjawab:
la dibantah: "bukan, melainkan
al-Alaq 1-5. Lantas ia berkata: "Saya akan
menceriterakan kepadamu tentang yang pernah Rasul ceriterakan kepada kami, Rasul s a w. pernah bersabda:
"Aku pergi ke Gua Hira dan setelah menetap di sana aku pulang (turun dari
bukit) menuju lembah aku memandang ke muka dan
ke belakang ke kiri dan ke kanan, kemudian aku memandang ke langit,
tiba-tiba nampaklah Jibril dan aku
menjadi gemetar. Aku cepat mendatangi Khadijah dan kuperintahkan mereka: "selimutilah aku!", lalu Allah
menurun
kan ayat
Hadits tersebut menunjukkan
bahwa ayat pada surat Al-Muddatsir adalah
ayat yang pertama diturunkan.
Pendapat tersebut dijawab oleh As-Sayuthy dengan beberapa jawaban, yang pertama: Pertanyaan ini adalah pertanyaan tentang turunnya satu surat secara sempurna. Jelaslah bahwa surat "Al-Muddatsir"
diturunkan secara sempurna sebelum diturunkannya surat "Igra" (AI-'Alaq) secara sempurna, karena surat lqra' yang
pertama diturunkan adalah hanya
bagian yang awalnya. Hal ini didukung oleh sebuah Hadits dalam Shahih Bukhary, Muslim, Riwayat Abdullah bahwa
is berkata: Saya mendengar Rasulullah s a w. tatkala beliau menceriterakan tentang renggangnya wahyu. Beliau
hersabda dalam sebuah haditsnya: "Ketika aku berjalan tiba-tiba aku
mendengar suara dari langit dan aku segera melihat ke atas, tiba-tiba Malaikat yang pernah datang di Gua Hira nampak sedang
duduk di kursi (berada pada suatu
tempat) antara langit dan humi. Akupun segera pulang dan segera kukatakan "selimutilah aku"
kemudian Allah menurunkan
ayat:
M »
Dengan adanya kata "Malaikat yang pernah datang ke Gua Hira"
menunjukkan bahwa kisah ini (turunnya Al-Muddatsir) adalah lebih belakangan dari kisah Gua Hira (Iqra' Bismi Rabbika.......)
Imam As-Sayuthy memberikan jawaban be rikutnya dalam kitab tersebut yang tidak perlu disebutkan di sini.
Persoalan ke-dua: Bahwa ayat AI-Maidah yang berbunyi:
Adalah menunjukkan bahwa Agama Islam telah lengkap dan sempurna, karena itu bagaimana mungkin masih turun beberapa ayat yang lain? Itulah sebabnya kami mengatakan
bahwa ayat tersebut adalah sebagai
ayat Al-Qur'an yang terakhir diturunkan.
Jawaban tentang pendapat.tersebut adalah: Allah s.w.t. telah aaenyempurnakan ajaran Islam dengan penjelasan berbagai kewajiban dan hukum/ketetapan, penjelasan tentang halal
dan haram. Se gala hal yang
dibutuhkan oleh ummat telah dijelaskan oleh Allah s. ww t.,
juga telah diperinci tentang segala hukum-hukumnya sehingga mereka berada di atas landasan yang jelas.
Kesemuanya itu bukan berarti menutup
samasekali kemungkinan masih turunnya ayat-ayat lain yang berhubungan
dengan peringatan dan ancaman dari Allah, dan yang berhubungan dengan peringatan kepada manusia akan adanya gejolak yang maha dahsyat di hadapan Tuhan
sebagai penegak hukum Yang Maha
Bijaksana pada hari tersebut, yaitu suatu hari dimana harta dan anak cucu tidak lagi ada manfaatnya kecuali bagi orang yang menghadap Allah dengan hati yang tulus.
Berdasarkan uraian di atas sekelompok Ulama telah menegaskan bahkan AsSuddy sendiri mengatakan bahwa setelah diturunkan
ayat Al-Maidah tidak lagi akan turun
ayat tentang yang halal dan yang haram
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Jaya Sakti, Surabaya, 1997.
Teuku Muhammad Hasbi
Ash-Shiddiegy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Our 'an dan
Tafsir, Pustaka Rizki Putra,
Semarang, 1997.
Al-Shabuni, Al-Tibyaan
fii Ulum al-Quran, 1390 H, Dar Irsyab, Kairo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
jangan lupa komentarnya :) no SARA!