A. PENDAHULUAN
Kerajaan Mughal merupakan salah satu warisan peradaban
Islam di India. Keberadaan kerajaan ini telah menjadi motivasi kebangkitan baru
bagi peradaban tua di anak benua India yang nyaris tenggelam. Sebagaimana
diketahui, India adalah suatu wilayah tempat tumbuh dan berkembangnya peradaban
Hindu. Dengan hadirnya Kerajaan Mughal, maka kejayaan India dengan peradaban
Hindunya yang nyaris tenggelam, kembali muncul.
Di kalangan masyarakat Arab, India dikenali sebagai Sind
atau Hind. Sebelum kedatangan Islam, India telah mempunyai hubungan perdagangan
dengan masyarakat Arab. Pada saat Islam hadir, hubungan perdagangan antara
India dan Arab masih diteruskan. Akhirnya India pun perlahan-lahan bersentuhan
dengan agama Islam. India yang sebelumnya berperadaban Hindu, sekarang semakin
kaya dengan peradaban yang dipengaruhi Islam. Oleh sebab itu menjadi penting
untuk menulis secara ringkas eksistensi Kerajaan Mughal di India yang identik
dengan Hindu.
Makalah ini selain menggambarkan secara ringkas
bagian-bagian penting (highlights) tentang asal-usul, tumbuh, berkembang serta
mundurnya peradaban yang dibina Kerajaan Mughal, juga mengulas faktor-faktor
yang mendorong timbul hingga tenggelamnya kerajaan tersebut. Hal ini
dimaksudkan untuk mengambil pelajaran, bagaimana membalikkan (reverse)
gelombang peradaban di anak benua India tersebut. Mengenai hal ini Ibnu Khaldun
berkata, "reversi tersebut tidak akan dapat tergambarkan tanpa
menggambarkan pelajaran-pelajaran dari sejarah terlebih dahulu untuk menentukan
faktor-faktor yang membawa sebuah peradaban besar melemah dan menurun drastis.
B. ASAL - USUL
KERAJAAN MUGHAL
Asal-usul
Kerajaan Mughal merupakan kelanjutan dari kesultanan Delhi, sebab ia menandai puncak perjuangan panjang untuk membentuk sebuah imperium India muslim yang didasarkan pada sebuah sintesa antara warisan bangsa Persia dan bangsa India.
Kerajaan Mughal merupakan kelanjutan dari kesultanan Delhi, sebab ia menandai puncak perjuangan panjang untuk membentuk sebuah imperium India muslim yang didasarkan pada sebuah sintesa antara warisan bangsa Persia dan bangsa India.
Sejak Islam masuk ke India pada masa Umayyah, yakni pada
masa Khalifah al-Walid I (705-715) melalui ekspedisi yang dipimpin oleh
panglima Muhammad Ibn Qasim tahun 711/712, peradaban Islam mulai tumbuh dan
menyebar di anak benua India.
Kemudian pasukan Ghaznawiyah dibawah pimpinan Sultan
Mah¬mud mengembangkan kedudukan Islam di wilayah ini dan berhasil menaklukkan
seluruh kekuasaan Hindu dan serta meng¬islamkan sebagian masyarakat India pada
tahun 1020 M. Setelah Gaznawi hancur muncullah beberapa dinasti kecil yang
menguasai negeri India ini, seperti Dinasti Khalji (1296¬1316 M.), Dinasti
Tuglag (1320-1412), Dinasti Sayyid (1414-1451), dan Dinasti Lodi (1451-1526).
Hal ini menunjukkan bahwa Kerajaan Mughal bukanlah
kerajaan Islam pertama di India. Jika pada dinasti-dinasti sebelumnya Islam
belum menemukan kejayaannya, maka kerajaan ini justru bersinar dan berjaya.
Keberadaan kerajaan ini dalam periodisasi sejarah Islam dikenal sebagai masa
kejayaan kedua setelah sebelumnya mengalami kecemerlangan pada dinasti
Abbasiyah.
Kerajaan ini didirikan oleh Zahiruddin Babur, seorang keturunan Timur Lenk. Ayahnya bernama Umar Mirza adalah penguasa Farghana, sedang ibunya keturunan Jenghis Khan. Ayahnya bernama Umar Mirza, penguasa Ferghana. Menurut Abu Su'ud, Timur Lenk pernah ke India pada tahun 1399, namun karena iklim yang tidak cocok ia akhirnya meninggalkan India.
Babur bukanlah orang India. Syed Mahmudunnasir menulis, "Dia bukan orang Mughal. Di dalam memoarnya dia menyebut dirinya orang Turki. Akan tetapi, cukup aneh, dinasti yang didirikannya dikenal sebagai dinasti Mughal. Sebenarnya Mughal menjadi sebutan umum bagi para petualang yang suka perang dari Persia di Asia tengah, dan meskipun Timur (Timur Lenk-penulis) dan semua pengikutnya menyumpahi nama itu sebagai nama musuhnya yang paling sengit, nasib merekalah untuk dicap dengan nama itu, dan sekarang tampaknya terlambat untuk memperbaiki kesalahan itu."
Kerajaan ini didirikan oleh Zahiruddin Babur, seorang keturunan Timur Lenk. Ayahnya bernama Umar Mirza adalah penguasa Farghana, sedang ibunya keturunan Jenghis Khan. Ayahnya bernama Umar Mirza, penguasa Ferghana. Menurut Abu Su'ud, Timur Lenk pernah ke India pada tahun 1399, namun karena iklim yang tidak cocok ia akhirnya meninggalkan India.
Babur bukanlah orang India. Syed Mahmudunnasir menulis, "Dia bukan orang Mughal. Di dalam memoarnya dia menyebut dirinya orang Turki. Akan tetapi, cukup aneh, dinasti yang didirikannya dikenal sebagai dinasti Mughal. Sebenarnya Mughal menjadi sebutan umum bagi para petualang yang suka perang dari Persia di Asia tengah, dan meskipun Timur (Timur Lenk-penulis) dan semua pengikutnya menyumpahi nama itu sebagai nama musuhnya yang paling sengit, nasib merekalah untuk dicap dengan nama itu, dan sekarang tampaknya terlambat untuk memperbaiki kesalahan itu."
Ensiklopedia Islam bahakn menyebutkan “Mogul (Mughal-pen)
didirikan oleh seorang penjajah dari Asia Tengah, Muhammad Zahiruddin Babur
dari etnis Mongol.”
Dari pendapat di atas, sesuatu yang dapat disepakati
bahwa Kerajaan Mughal merupakan warisan kebesaran Timur Lenk, dan bukan warisan
keturunan India yang asli. Meskipun demikian, Dinasti Mughal telah memberi
warna tersendiri bagi peradaban orang-orang India yang sebelumnya identik
dengan agama Hindu.
Babur mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya ketika
ia masih berusia 11 tahun. Ia berambisi dan bertekad akan menaklukkan Samarkand
yang menjadi kota penting di Asia masa itu. Pada mulanya ia mengalami kekalahan
tetapi karena mendapat bantuan dari Raja Safawi Ismail I, akhir¬nya ia berhasil
menaklukkan Samarkand tahun 1494 M. Pada tahun 1504 M ia menduduki Kabul, ibu
kota Afghanistan.
Zahiruddin Babur mengambil alih kekuasaan dari Dinasti
Lodi pimpinan Ibrahim Lodi yang tengah berkuasa di India. India pada saat itu
tengah dilanda krisis sehingga stabilitas pemerintahan menjadi kacau. Alam
Khan, paman dari Ibrahim Lodi, bersama-sama Daulat Khan, Gubernur Lahore,
mengirim utusan ke Kabul, meminta bantuan Babur untuk menjatuhkan pemerintahan
Ibrahim di Delhi.
Babur berhasil menaklukkan Punjab pada tahun 1525.
Kemudian pada tahun 1526, dalam pertempuran di Panipat, Babur memperoleh
kemenangan dari tangan Ibrahim Lodi. Ibrahim sendiri terbunuh pada pertempuran
itu. Babur bersama pasukannya memasuki kota Delhi untuk menegakkan pemerintahan
di kota ini. Dengan ditegakkannya pemerintahan Babur di kota Delhi, maka
berdirilah Kerajaan Mughal di India pada tahun 1526 M.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor
berdirinya Kerajaan Mughal adalah:
1.Ambisi dan karakter Babur sebagai pewaris keperkasaan ras Mongolia.
1.Ambisi dan karakter Babur sebagai pewaris keperkasaan ras Mongolia.
2.Sebagai jawaban atas krisis yang tengah melanda India.
Raja-raja Mughal
Selama masa pemerintahannya Kerajaan Mughal dipimpin oleh beberapa orang raja. Raja-raja yang sempat memerintah adalah Zahiruddin Babur (1526-1530), Humayun (1530-1556), Akbar (1556-1605), Jahangir (1605-1627), Shah Jahan (1627-1658), Aurangzeb (1658-1707), Bahadur Syah (1707-1712), Jehandar (1712-1713), Fahrukhsiyar (1713-1719), Muhammad Syah (1719-1748), Ahmad Syah (1748-1754), Alamghir II (1754-1760), Syah Alam (1760¬-1806), Akbar II (1806-1837 M), dan Bahadur Syah (1837-1858).
Zahiruddin Babur (1526-1530) adalah raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Mughal. Masa kepemimpinannnya digunakan untuk membangun fondasi pemerintahan. Awal pemimpinannya, Babur masih menghadapi ancaman pihak-pihak musuh, utamanya dari kalangan Hindu yang tidak menyukai berdirinya Kerajaan Mughal. Orang-orang Hindu ini segera menyusun kekuatan gabungan, namun Babur berhasil mengalahkan mereka dalam suatu pertempuran. Sementara itu dinasti Lodi berusaha bangkit kembali menentang pemerintahan Babur dengan pim¬pinan Muhammad Lodi. Pada pertempuran di dekat Gogra, Babur dapat menumpas kekuatan Lodi pada tahun 1529. Setahun kemudian yakni pada tahun 1530 Babur meninggal dunia.
Sepeninggal Babur, tahta Kerajaan Mughal diteruskan oleh
anaknya yang bemama Hu¬mayun. Humayun memerintah selama lebih dari seperempat
abad (1530-1556 M). Pemerintahan Humayun dapat dikatakan sebagai masa
konsolidasi kekuatan periode I. Sekalipun Babur berhasil mengamankan Mughal
dari serangan musuh, Humayun masih saja menghadapi banyak tantangan. Ia
berhasil mengalahkan pemberontakan Baha¬dur Syah, penguasa Gujarat yang
bermaksud melepaskan diri dari Delhi. Pada tahun 1450 Humayun mengalami kekalahan
dalam pepe¬rangan yang dilancarkan oleh Sher Khan dari Afganistan. Ia melarikan
diri ke Persia.
Di pengasingan ia kembali menyusun kekuatan. Pada saat
itu Persia dipimpin oleh penguasa Safawiyah yang bernama Tahmasp. Setelah lima
belas tahun menyusun kekuatannya dalam pengasingan di Persia, Humayun berhasil
menegakkan kembali kekuasaan Mughal di Delhi pada tahun 1555 M. Ia mengalahkan
ke¬kuatan Khan Syah. Setahun kemudian, yakni pada tahun 1556 Humayun meninggal.
Ia digantikan oleh putranya Akbar.
Akbar (1556-1605) pengganti Humayun adalah raja Mughal
paling kontroversial. Masa pemerintahannya dikenal sebagai masa kebangkitan dan
kejayaan Mughal sebagai sebuah dinasti Islam yang besar di India.
Ketika menerima tahta kerajaan ini Akbar baru berusia 14
tahun, sehingga seluruh urusan pemerintahan dipercayakan kepada Bairam Khan,
seorang penganut Syi'ah. Di awal masa pemerintahannya, Akbar menghadapi
pemberontakan sisa-sisa keturunan Sher Khan Shah yang masih berkuasa di Punjab.
Pemberontakan yang paling mengancam kekuasaan Akbar adalah pemberontakan yang
dipimpin oleh Himu yang menguasai Gwalior dan Agra. Pasukan pemberontak
berusaha memasuki kota Delhi. Bairam Khan menyambut kedatangan pasukan tersebut
sehingga terjadilah peperangan dahsyat yang disebut Panipat II pada tahun 1556
M. Himu dapat dikalah¬kan dan ditangkap, kemudian dieksekusi. Dengan demikian,
Agra dan Gwalior dapat dikuasai penuh.
Setelah Akbar dewasa ia berusaha menyingkirkan Bairam
Khan yang sudah mempunyai pengaruh sangat kuat dan terlampau memaksakan
kepentingan aliran Syi'ah. Bairam Khan memberon¬tak, tetapi dapat dikalahkan
oleh Akbar di Jullandur tahun 1561 M. Setelah persoalan-persoalan dalam negeri
dapat diatasi, Akbar mulai menyusun program ekspansi. Ia berhasil menguasai
Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal,
Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah
yang sangat luas itu diperintah dalam suatu pemerintahan militeristik.
Keberhasilan ekspansi militer Akbar menan¬dai berdirinya
Mughal sebagai sebuah kerajaan besar. Dua gerbang India yakni kota Kabul
se¬bagai gerbang ke arah Turkistan, dan kota Kan¬dahar sebagai gerbang ke arah
Persia, dikuasai oleh pemerintahan Mughal. Menurut Abu Su'ud, dengan
keberhasilan ini Akbar bermaksud ingin mendirikan Negara bangsa (nasional).
Maka kebijakan yang dijalankannya tidak begitu menonjolkan spirit Islam, tetapi
bagaimana mempersatukan berbagai etnis yang membangun dinastinya. Keberhasilan
Akbar mengawali masa kemajuan Mughal di India.
Kepemimpinan Akbar dilanjutkan oleh Jihangir (1605-1627)
yang didukung oleh kekuatan militer yang besar. Semua kekuatan musuh dan
gerakan pemberontakan berhasil dipadamkan, sehingga seluruh rakyat hidup dengan
aman dan damai. Pada masa kepemimpinannya, Jehangir berhasil menundukkan
Bengala (1612 M), Mewar (1614 M) Kangra. Usaha-usaha pengamanan wilayah serta
penaklukan yang ia lakukan mempertegas kenegarawanan yang diwarisi dari ayahnya
yaitu Akbar.
Syah Jihan (1628¬-1658) tampil meggantikan Jihangir.
Bibit-bibit disintegrasi mulai tumbih pada pemerintahannya. Hal ini sekaligus
menjadi ujian terhadap politik toleransi Mughal. Dalam masa pemerintahannya
terjadi dua kali pemberontakan. Tahun pertama masa pemerintahannya, Raja Jujhar
Singh Bundela berupaya memberontak dan mengacau keamanan, namun berhasil
dipadamkan. Raja Jujhar Singh Bundela kemudian diusir. Pemberontakan yang
paling hebat datang dari Afghan Pir Lodi atau Khan Jahan, seorang gubernur dari
provinsi bagian Selatan. Pemberontakan ini cukup menyulitkan. Namun pada tahun
1631 pemberontakan inipun dipatahkan dan Khan Jahan dihukum mati.
Pada masa ini para pemukim Portugis di Hughli Bengala
mulai berulah. Di samping mengganggu keamanan dan toleransi hidup beragama,
mereka menculik anak-anak untuk dibaptis masuk agama Kristen. Tahun 1632 Shah
Jahan berhasil mengusir para pemukim Portugis dan mencabut hak-hak istimewa
mereka. Shah Jehan meninggal dunia pada 1657, setelah menderita sakit keras.
Setelah kematiannya terjadi perang saudara. Perang saudara tersebut pada
akhirnya menghantar Aurangzeb sebagai pemegang Dinasti Mughal berikutnya.
Aurangzeb (1658-1707) menghadapi tugas yang berat. Kedaulatan Mughal sebagai entitas Muslim India nyaris hancur akibat perang saudara. Maka pada masa pemerintahannya dikenal sebagai masa pengembalian kedaulatan umat Islam. Penulis menilai periode ini merupakan masa konsolidasi II Kerajaan Mughal sebagai sebuah kerajaan dan sebagai negeri Islam. Aurangzeb berusaha mengembalikan supremasi agama Islam yang mulai kabur akibat kebijakan politik keagamaan Akbar.
Aurangzeb (1658-1707) menghadapi tugas yang berat. Kedaulatan Mughal sebagai entitas Muslim India nyaris hancur akibat perang saudara. Maka pada masa pemerintahannya dikenal sebagai masa pengembalian kedaulatan umat Islam. Penulis menilai periode ini merupakan masa konsolidasi II Kerajaan Mughal sebagai sebuah kerajaan dan sebagai negeri Islam. Aurangzeb berusaha mengembalikan supremasi agama Islam yang mulai kabur akibat kebijakan politik keagamaan Akbar.
Raja-raja pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang
lemah sehingga tidak mampu mengatasi kemerosotan politik dalam negeri.
Raja-raja sesudah Aurangzeb mengawali ke¬munduran dan kehancuran Kerajaan
Mughal.
Bahadur Syah menggantikan kedudukan Aurangzeb. Lima tahun
kemudian terjadi perebutan antara putra-putra Bahadur Syah. Jehandar
dimenangkan dalam persaingan tersebut dan sekaligus dinobatkan sebagai raja
Mughal oleh Jenderal Zulfiqar Khan meskipun Jehandar adalah yang paling lemah
di antara putra Bahadur. Penobatan ini ditentang oleh Muhammad Fahrukhsiyar,
keponakannya sendiri. Dalam pertempuran yang terjadi pada tahun 1713,
Fahrukhsiyar keluar sebagai pemenang. Ia menduduki tahta kerajaan sampai pada
tahun 1719 M. Sang raja meninggal terbunuh oleh komplotan Sayyid Husein Ali dan
Sayyid Hasan Ali. Keduanya kemudian mengangkat Muhammad Syah (1719-1748). Ia
kemudian dipecat dan diusir oleh suku Asyfar di bawah pimpinan Nadzir Syah.
Tampilnya sejumlah penguasa lemah bersamaan dengan terjadinya perebutan
kekuasaan ini selain mem¬perlemah kerajaan juga membuat pemerintahan pusat
tidak terurus secara baik. akibatnya pemerintahan daerah berupaya untuk
melepaskan loyalitas dan integritasnya terhadap pemerintahan pusat.
Pada masa pemerintahan Syah Alam (1760¬-1806) Kerajaan Mughal diserang oleh pasukan Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan Durrani. Kekalahan Mughal dari serangan ini, berakibat jatuhnya Mughal ke dalam kekuasa¬an Afghan. Syah Alam tetap diizinkan berkuasa di Delhi dengan jabatan sebagai sultan.
Pada masa pemerintahan Syah Alam (1760¬-1806) Kerajaan Mughal diserang oleh pasukan Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan Durrani. Kekalahan Mughal dari serangan ini, berakibat jatuhnya Mughal ke dalam kekuasa¬an Afghan. Syah Alam tetap diizinkan berkuasa di Delhi dengan jabatan sebagai sultan.
Akbar II (1806-1837 M) pengganti Syah Alam, membe¬rikan
konsesi kepada EIC untuk mengembang¬kan perdagangan di India sebagaimana yang
diinginkan oleh pihak Inggris, dengan syarat bahwa pihak perusahaan Inggris
harus menja¬min penghidupan raja dan keluarga istana. Kehadiran EIC menjadi
awal masuknya pengaruh Inggris di India.
Bahadur Syah (1837-1858) pengganti Akbar II menentang isi
perjanjian yang telah disepa¬kati oleh ayahnya. Hal ini menimbulkan konflik antara
Bahadur Syah dengan pihak Inggris. Bahadur Syah, raja terakhir Kerajaan Mughal
diusir dari istana pada tahun (1885 M). Dengan demikian ber¬akhirlah kekuasaan
kerajaan Islam Mughal di India.
C. Kemajuan yang dicapai Kerajaan Mughal
1. Bidang Politik dan Administrasi Pemerintahan
a.Perluasan wilayah dan konsolidasi kekuatan. Usaha ini
berlangsung hingga masa pemerintahan Aurangzeb.
b.Pemerintahan daerah dipegang oleh seorang Sipah Salar (kepala komandan), sedang sub-distrik dipegang oleh Faujdar (komandan). Jabatan-jabatan sipil juga diberi jenjang kepangkatan yang bereorak kemiliteran. Pejabat-pejabat itu memang diharuskan mengikuti latihan kemiliteran
c.Akbar menerapkan politik toleransi universal (sulakhul). Dengan politik ini, semua rakyat India dipandang sama. Mereka tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama. Politik ini dinilai sebagai model toleransi yang pernah dipraktekkan oleh penguasa Islam.
d.Pada Masa Akbar terbentuk landasan institusional dan geografis bagi kekuatan imperiumnya yang dijalankan oleh elit militer dan politik yang pada umumnya terdiri dari pembesar-pembesar Afghan, Iran, Turki, dan Muslim Asli India. Peran penguasa di samping sebagai seorang panglima tentara juga sebagai pemimpin jihad.
e.Para pejabat dipindahkan ¬dari sebuah jagir kepada jagir lainnya untuk menghindarkan mereka mencapai interes yang besar dalam sebuah wilayah tertentu. Jagir adalah sebidang tanah yang diperuntukkan bagi pejabat yang sedang berkuasa. Dengan demikian tanah yang diperuntukkan tersebut jarang sekali menjadi hak milik pejabat, kecuali hanya hak pakai.
f.Wilayah imperium juga dibagi menjadi sejumlah propinsi dan distrik yang dikelola oleh seorang yang dipimpin oleh pejabat pemerintahan pusat untuk mengamankan pengumpulan pajak dan untuk mencegah penyalahgunaan oleh kaum petani.
2. Bidang Ekonomi
a.Terbentuknya sistem pemberian pinjaman bagi usaha pertanian.
b.Adanya sistem pemerintahan lokal yang digunakan untuk mengumpulkan hasil pertanian dan melindungi petani. Setiap perkampungan petani dikepalai oleh seorang pejabat lokal, yang dinamakan muqaddam atau patel, yang mana kedudukan yang dimilikinya dapat diwariskan, bertanggungjawab kepada atasannya untuk menyetorkan penghasilan dan menghindarkan tindak kejahatan. Kaum petani dilindungi hak pemilikan atas tanah dan hak mewariskannya, tetapi mereka juga terikat terhadapnya.
c.Sistem pengumpulan pajak yang diberlakukan pada beberapa propinsi utama pada imperium ini. Perpajakan dikelola sesuai dengan system zabt. Sejumlah pembayaran tertentu dibebankan pada tiap unit tanah dan harus dibayar secara tunai. Besarnya beban tersebut didasarkan pada nilai rata-rata hasil pertanian dalam sepuluh tahun terakhir. Hasil pajak yang terkumpul dipercayakan kepada jagirdar, tetapi para pejabat lokal yang mewakili pemerintahan pusat mempunyai peran penting dalam pengumpulan pajak. Di tingkat subdistrik administrasi lokal dipercayakan kepada seorang qanungo, yang menjaga jumlah pajak lokal dan yang melakukan pengawasan terhadap agen-agen jagirdar, dan seorang chaudhuri, yang mengumpulkan dana (uang pajak) dari zamindar.
d.Perdagangan dan pengolahan industri pertanian mulai berkembang. Pada asa Akbar konsesi perdagangan diberikan kepada The British East India Company (EIC) -Perusahaan Inggris-India Timur- untuk menjalankan usaha perdagangan di India sejak tahun 1600. Mereka mengekspor katun dan busa sutera India, bahan baku sutera, sendawa, nila dan rempah dan mengimpor perak dan jenis logam lainnya dalam jumlah yang besar.
3. Bidang Agama
a.Pada masa Akbar, perkembangan agama Islam di Kerajaan Mughal mencapai suatu fase yang menarik, di mana pada masa itu Akbar memproklamasikan sebuah cara baru dalam beragama, yaitu konsep Din-i-Ilahi. Karena aliran ini Akbar mendapat kritik dari berbagai lapisan umat Islam. Bahkan Akbar dituduh membuat agama baru. Pada prakteknya, Din-i-Ilahi bukan sebuah ajaran tentang agama Islam. Namun konsepsi itu merupakan upaya mempersatukan umat-umat beragama di India. Sayangnya, konsepsi tersebut mengesankan kegilaan Akbar terhadap kekuasaan dengan symbol-symbol agama yang di kedepankan. Umar Asasuddin Sokah, seorang peneliti dan Guru Besar di Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyamakan konsepsi Din-i-Ilahi dengan Pancasila di Indonesia. Penelitiannya menyimpulkan, "Din-i-llahi itu meru¬pakan Pancasilanya bangsa Indonesia.
b.Perbedaan kasta di India membawa keuntungan terhadap pengembangan Islam, seperti pada daerah Benggal, Islam langsung disambut dengan tangan terbuka oleh penduduk terutama dari kasta rendah yang merasa disiasiakan dan dikutuk oleh golongan Arya Hindu yang angkuh. Pengaruh Parsi sangat kuat, hal itu terlihat dengan digunakanya bahasa Persia menjadi bahasa resmi Mughal dan bahasa dakwah, oleh sebab itu percampuran budaya Persia dengan budaya India dan Islam melahirkan budaya Islam India yang dikembangkan oleh Dinasti Mughal.
c.Berkembangnya aliran keagamaan Islam di India. Sebelum dinasti Mughal, muslim India
adalah penganut
Sunni fanatik. Tetapi penguasa Mughal memberi tempat bagi Syi'ah untuk mengembangkan
pengaruhnya.
d.Pada masa ini juga dibentuk sejumlah badan keagamaan berdasarkan persekutuan terhadap
mazhab hukum, thariqat Sufi, persekutuan terhadap ajaran
Syaikh, ulama, dan wali individual. Mereka terdiri dari warga Sunni dan Syi'i.
e.Pada masa Aurangzeb berhasil disusun sebuah risalah hukum Islam atau upaya kodifikasi
hukum Islam yang dinamakan fattawa alamgiri. Kodifikasi
ini menurut hemat penulis ditujukan untuk meluruskan dan menjaga syari'at Islam
yang nyaris kacau akibat politik Sulakhul dan Din-i- Ilahi
.
4. Bidang Seni dan Budaya
4. Bidang Seni dan Budaya
a.Munculnya beberapa karya sastra tinggi seperti Padmavat yang mengandung pesan kebajikan manusia gubahan Muhammad Jayazi, seorang penyair istana. Abu Fadhl menulis Akhbar Nameh dan Aini Akbari yang berisi sejarah Mughal dan pemimpinnya
b.Kerajaan Mughal termasuk sukses dalam bidang arsitektur. Taj mahal di Agra merupakan puncak karya arsitektur pada masanya, diikuti oleh Istana Fatpur Sikri peninggalan Akbar dan Mesjid Raya Delhi di Lahore. Di kota Delhi Lama (Old Delhi), lokasi bekas pusat Kerajaan Mughal, terdapat menara Qutub Minar (1199), Masjid Jami Quwwatul Islam (1197), makam Iltutmish (1235), benteng Alai Darwaza (1305), Masjid Khirki (1375), makam Nashirudin Humayun, raja Mughal ke-2 (1530-1555). Di kota Hyderabad, terdapat empat menara benteng Char Minar (1591). Di kota Jaunpur, berdiri tegak Masjid Jami Atala (1405).
c.Taman-taman kreasi Moghul menonjolkan gaya campuran yang harmonis antara Asia Tengah, Persia, Timur Tengah, dan lokal.
Sebab-sebab Kemajuan
Kerajaan Mughal tidak mencapai kejayaannya secara mudah. Bagaimanapun, umat Islam di masa ini termasuk golongan minoritas di tengah mayoritas Hindu. Namun Kerajaan Mughal tetap berhasil memperoleh kecemerlangan disebabkan factor-faktor sebagai berikut;
a.Kerajaan Mughal memiliki pemerintahan dan raja yang kuat. Politik toleransi dinilai dapat menetralisir perbedaan agama dan suku bangsa, baik antara Islam-Hindu, Ataupun India-non India (Persia-Turki).
b.Hingga Pemerintahan Aurangzeb, rakyat cukup puas dan sejahtera dengan pola kepemimpinan raja dan program kesejahteraannya.
c.Prajurit Mughal dikenal sebagai prajurit yang tangguh dan memiliki patriotisme yang tinggi. Hal ini diwarisi dari Timur Lenk yang merupakan para petualang yang suka perang dari Persia di Asia Tengah dan cukup dominan dalam ketentaraan.
d.Sultan yang memerintah sangat mencintai ilmu dan pengetahuan. Para "Bangsawan Mughal mengemban tanggung jawab membangun masjid, jembatan, dan atas berkembangnya kegiataan ilmiah dan sastra".
D. KEMUNDURAN DAN KERUNTUHAN KERAJAAN MUGHAL
Kerajaan Mughal mencapai puncak kejayaannya pada masa kepemimpinan Akbar (1556-1605). Generasi sesudah Akbar yaitu Jahangir (1605-1627), Shah Jahan (1627-1658), Aurangzeb (1658-1707) masih dapat mempertahankan kemajuan tersebut. Namun Raja-raja pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah sehingga tidak mampu mengatasi kemerosotan politik dalam negeri.
Tanda-tanda kemunduran sudah terlihat dengan indikator sebagaimana berikut ;
a)Internal; Tampilnya sejumlah penguasa lemah, terjadinya perebutan kekuasaan, dan lemahnya kontrol pemerintahan pusat.
b)Eksternal; Terjadinya pemberontakan di mana-mana, seperti pemberontakan kaum Sikh di Utara, gerakan separatis Hindu di India tengah, kaum muslimin sendiri di Timur, dan yang terberat adalah invasi Inggris melalui EIC.
Dominasi Inggris diduga sebagai faktor pendorong kehancuran Mughal. Pada waktu itu EIC mengalami kerugian. Untuk menutupi kerugian dan sekaligus memenuhi kebutuhan istana, EIC mengadakan pungutan yang tinggi terhadap rakyat secara ketat dan cenderung kasar. Karena rakyat merasa ditekan, maka mereka, baik yang beragama Hindu maupun Islam bangkit mengadakan pemberontakan.
Mereka meminta kepada Bahadur Syah untuk menjadi lambang perlawanan itu dalam rangka me¬ngembalikan kekuasaan kerajaan. Dengan demikian, terjadilah perlawanan rakyat India terhadap kekuatan Inggris pada bulan Mei 1857 M. Perlawanan mereka dapat dipatahkan dengan mudah. Inggris kemudian menjatuhkan hukuman yang kejam terhadap para pemberontak. Mereka diusir dari kota Delhi, rumah-¬rumah ibadah banyak yang dihancurkan, dan Bahadur Syah, raja Mughal terakhir, diusir dari istana (1858 M). Dengan demikian berakhirlah sejarah kekuasaan dinasti Mughal di daratan India.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal mundur dan membawa kepada kehancurannya pada tahun 1858 M yaitu:
1.Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal.
2.Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.
3.Pendekatan Aurangzeb yang terlampau "kasar" dalam melak¬sanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antaragama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
4.Semua pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan.
D. PENUTUP
Toynbee menyatakan setiap kebudayaan yang dewasa memiliki empat tahap hidup: lahir, tumbuh, runtuh, dan silam. Kerajaan Mughal telah melewati konsepsi itu. Namun Kerajaan Mughal tidak mungkin lepas dari sejarah Islam sekaligus sejarah India, karena kerajaan ini merupakan warisan dua peradaban besar tersebut. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1.Islam telah mewariskan dan memberi pengayaan terhadap khazanah kebudayaan India. Sepertinya tepat yang ditulis oleh Roger Garaudy bahwa "Islam telah membawakan kepada manusia suatu dimensi transenden (ketuhanan) dan dimensi masyarakat (umat) .
2. Dengan hadirnya Kerajaan Mughal, maka kejayaan India dengan peradaban Hindunya yang nyaris tenggelam, kembali muncul.
3.Kemajuan yang dicapai Kerajaan Mughal telah memberi inspirasi bagi perkembangan peradaban dunia baik politik, ekonomi, budaya dan sebagainya. Misalnya, politik toleransi (sulakhul), system pengelolaan pajak, seni arsitektur dan sebagainya.
4.Kerajaan Mughal telah berhasil membentuk sebuah kosmopolitan Islam-India daripada membentuk sebuah kultur Muslim secara eksklusif.
5.Kemunduran suatu peradaban tidak lepas dari lemahnya kontrol dari elit penguasa, dukungan rakyat dan kuatnya sistem keamanan. Karena itu masuknya kekuatan asing dengan bentuk apapun perlu diwaspadai.
Demikianlah makalah ini ditulis, semoga dapat menghantarkan kepada pemahaman yang lebih baik tentang Kerajaan Mughal sebagai warisan terpenting peradaban Islam. Penulis juga mengharapkan saran untuk perbaikan makalah ini. Terima kasih, Wallahu A'lam bi al shawab.
Padang,November 2006
DAFTAR PUSTAKA
Abu Su'ud, Islamologi, Sejarah, Ajaran dan Peranannya dalam Peradaban Umat Manusia,(Jakarta: Rineka Cipta,2003)
Ali, K., Tarikh Sejarah Islam Pra Modern, Jakarta,Srigunting, 2003
Chapra, Umer, Pemikiran Ibnu Khaldun,http://www.halalguide.info/content/view/ 432/46/, diakses tanggal 16 September 2006
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Jakarta,Ikhtiar Baru Van Hoeve,1994
Garaudy, Roger, Janji-janji Islam, alihbahasa Prof. Dr. H.M. Rasjidi dari judul asli "Promeses de L'Islam" Jakarta, PT bulan Bintang, 1985)
Ikram, S.M., Muslim Civilization in India (Columbia University Press, 1965),
Lapidus, Ira. M., Sejarah Sosial Ummat Islam,Bagian Kesatu & Kedua. Disadur dari judul asli A History of Islamic Societes oleh Ghufron A. Mas'adi, ed.-1, cet. 1, Jakarta,PT. Rajagrafindo Persada,1999
Mahmudunnasir, Syed, Islam: Konsepsi dan Sejarahnya Bandung, Rosdakarya, 2005
Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya,jilid Ibid., Jakarta :UI Press, 1985)
Romli, Usep, Pariwisata Mughal, http://www.wisataislam/info/content/view/432, diakses tanggal 6 Oktober 2006
Sokah, Umar Assasuddin, Din-i-Ilahi,Keberagamaan Sultan Akbar Agung (India 1560-1605), Yogyakarta, ITTAQA Press ,1994
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta,Rajagrafindo Persada, 2000
http://www.geocities.com/cominglucky/tamadunmain.htm, diakses tanggal 16 September 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
jangan lupa komentarnya :) no SARA!