Sebelum agama Hindu,
Budha dan Islam masuk ke Indonesia, kepercayaan yang dianut oleh bangsa
Indonesia antara lain adalah paham animisme. Menurut paham ini, ruh dari
orang-orang yang sudah mati itu sangat menentukan bagi kebahagiaan dan
kecelakaan orang-orang yang masih hidup di dunia ini. Disamping itu,
bangsa-bangsa yang menganut paham animisme ini juga berkeyakinan bahwa ruh dari
orang yang sedang mengalami kematian itu tidak senang untuk meninggalkan alam
dunia ini sendirian tanpa teman, dan ingin mengajak anggota keluarganya yang
lain.
Untuk itu, agar anggota
keluarga yang mati itu tidak mengajak anggota keluarga yang lain, maka anggota
keluarga yang ditinggal mati itu melakukan hal-hal yang antara lain sebagai
berikut:
- Menyembelih binatang ternak seperti:
kerbau, sapi, kambing, babi, atau ayam milik si mayit, agar nyawa dari
binatang tersebut menemani ruh si mayit agar tidak me-ngajak anggota
keluarganya yang masih hidup; dan memberikan atau menyediakan sesaji di
tempat tertentu untuk ruh si mayit, agar ruh si mayit itu tidak marah
kepada anggota keluarganya.
- Setelah tiga hari dari kematian, yaitu
saat mayit yang sudah di tanam dalam kubur mulai membengkak, di tempat
tidur orang yang mati bagi orang Jawa dan di atas buffet yang telah
dipasang foto dari orang yang mati bagi orang Cina, diberikan se-saji agar
ruh dari orang yang mati tidak marah. Demikian pula pada hari ketujuh, ke
empat puluh, keseratus, satu tahun, dua tahun dan keseribu dari hari
kematiannya.
- Bagi orang Cina, anggota keluarga yang
mati itu diinapkan di rumah duka beberapa hari lamanya, dan selama itu
papan nama dari rumahnya disilang dengan kertas hitam atau lainnya untuk
mengenalkan kepada ruh si mayit bahwa rumahnya adalah yang papan namanya
diberi silang. Dan setelah mayit dikubur, maka tanda silang tersebut di
buang, dengan maksud agar apabila ruh si mayit tersebut pulang ke
rumahnya, ruh itu tersesat tidak dapat masuk ke dalam rumahnya, sehingga
tidak dapat mengganggu anggota keluarganya.
- Bagi orang Jawa ada yang menyebarkan
beras kuning dan uang logam di depan mayit sewaktu mayit di bawa ke
pekuburan dengan maksud untuk memberitahukan kepada si mayit bahwa
jalannya dari rumah sampai ke pekuburan adalah yang ada beras kuning dan
uang logamnya. Sehingga jika ruh si mayit ingin pulang ke rumah untuk
mengganggu anggota keluarganya dia tersesat, sebab beras kuning dan uang
logam di jalan yang dilaluinya sudah tidak ada lagi karena beras kuningnya
sudah dimakan oleh ayam atau burung, sedang uangnya sudah diambil oleh
anak-anak. Ada pula yang mengeluarkan jenazah dari rumah tidak boleh
melalui pintu rumah, tetapi harus dibobolkan pagar rumah yang segera
ditutup kembali setelah jenazah dibawa ke kubur dan lainnya lagi dengan
maksud agar ruh si mayit itu tidak dapat kembali lagi ke rumahnya.
Pada waktu agama Hindu
dan agama Budha masuk di Indonesia, kedua agama ini tidak dapat merubah tradisi
yang telah dilakukan oleh bangsa Indonesia yang berpaham animisme tersebut,
sehingga tradisi tersebut berlangsung terus sampai saat agama Islam masuk ke Indonesia
dibawa oleh para penganjur Islam yang kemudian terkenal dengan nama Wali Songo.
Pada saat Wali Songo
datang, tradisi bangsa Indonesia yang telah berurat berakar selama ratusan dan
bahkan mungkin ribuan tahun lamanya, tidak diberantas, tetapi hanya diarahkan
dan dibimbing sedemikian rupa, sehingga tidak bertentangan dengan pokok-pokok
ajaran Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
jangan lupa komentarnya :) no SARA!