Senin, 09 September 2013

UN & Pendidikan Holistik


KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan haidayah-Nya, saya dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “Penerapan Pendidikan Holistik dalam Ujian Nasional” tepat waktu.
Saya selaku penyusun sengaja menyusun makalah ini karena melihat realita yang ada, ujian nasional menjadi beban tersendiri bagi para anak didik yang harus menghafal dan mempelajari serta terus-menerus membaca buku agar nilai ujian mereka bagus. Ini tidak lepas dari sistem pendidikan di Indonesia yang mengagung-agungkan nilai kognitif.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan baik dalam segi pembahasan maupun tulisan dan sistematika penyusunan makalah. Oleh sebab itu, penyusun senantiasa mengharap kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini khususnya isi dari makalah ini.
Kepada Ibu Dra. Afiyah selaku dosen pengampu mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan, penyusun mengucapkan terima kasih atas bimbingan yang Ibu berikan dalam penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat saya selesaikan.
Dan kepada banyak pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, yang sudah memberikan saya dorongan dan motifasi serta membantu saya dalam penyusunan makalah ini, saya mengucapkan banyak terima kasih. semoga bantuan teman-teman mendapat balasan dari Allah SWT. Amin..
Akhirnya, penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Yogyakarta, Desember 2009

PENDAHULUAN


A.      LATAR BELAKANG MASALAH
UN menjadi polemik sejak lama karena dinilai banyak kalangan meredusir kepintaran dan keberhasilan siswa menempuh pendidikan hanya pada satu tes. UN juga dinilai mengabaikan kondisi belum meratanya infrasuktur pendidikan, fisik maupun nonfisik, di seluruh wilayah Indonesia (Kompas, 11 Desember 2009). Dari pernyataan tersebut, dapat dilihat bahwa sistem ujian nasional di Indonesia belum memadai untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari suatu pembelajaran karena hanya mengandalkan kemampuan kognitif. Padahal selain kognitif, masih banyak lagi kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh seorang anak didik. Selain itu, metode "penilaian" hasil ujian siswa (baca: "pelulusan", "penguntungan" dan "perugian" siswa) perlu dipertanyakan. Ketajaman intelektual mendapat sorotan istimewa dalam dunia pendidikan formal. Terkesan, keunggulan (arĂȘte, virtue) kepribadian seorang anak didik ditakar berdasarkan relativitas angka (kognitif) yang umumnya telah direkayasa. Secara tak langsung, dari satu sisi, sistem ini lebih menghargai pribadi anak-anak berintelektualitas tinggi daripada anak-anak berintelektualitas sedang dan rendah. Ini termasuk berita diskriminatif dalam dunia pendidikan formal. Betapapun, metode penilaian UAN perlu ditempatkan dalam bingkai dunia pendidikan holistik tempat manusia belajar secara sempurna. Penilaian ujian nasional ini tidak lagi memprioritaskan kompetisi, tapi proses belajar saling mendukung, kerja sama dan membebaskan. Suatu masyarakat yang lebih baik, adil dan sejahtera menjadi sasaran utama dalam proses pendidikan holistik. Lalu, apakah sistem penilaian UAN mendapat tempat dalam konteks pendidikan ini? Inilah yang menjadi latar belakang masalah yang menjadi topic dalah makalah ini.
B.      RUMUSAN MASALAH
Penilaian dalam ujian nasional dirasa kurang adil karena hanya mementingkan kognitif saja. Maka diperlukan suatu system yang dapat menjadikan ujian nasional itu seimbang dari segala sisi. Pendidikan holistic menawarkan solusi dari masalah tersebut. Lalu bagaimana bentuk penerapannya dalam ujian nasional?

C.      TUJUAN PEMBAHASAN
Tujuan dari pembahasan makalah ini adalah agar kita sebagai pendidik mengetahui sistem yang sesuai dengan ujian nasional, yang adil untuk anak didik mengembangkan potensi dirinya tanpa adanya paksaan yang memaksa anak didik untuk melakukan ujian yang memberatkan otak mereka. Dan sebagai pendidik pula kita harus menyadari bahwa kemampuan dan kecerdasan seorang anak didik berbeda-beda. Tidak semua anak didik memiliki kecerdasan dibidang kognitif. Melalui makalah ini, diharapkan sebagai calon pendidik, kita mau untuk memperjuangkan hak anak didik dalam memperoleh penilaian yang seadil-adilnya dalam ujian nasional karena ujian nasional adalah sebagai salah satu penentu masa depan mereka. Salah satunya dengan penerapan pendidikan holistik pada ujian nasional.

D.     MANFAAT PEMBAHASAN
Manfaat dari pembahasan makalah ini adalah sebagai acuan tentang keberadaan ujian nasional yang dirasa memberatkan anak didik karena menilai hanya dari aspek kognitifnya saja dan sebagai pengetahuan mengenai pendidikan holistic yang sesuai dengan ujian nasional.


PEMBAHASAN

Ujian nasional adalah kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik secara nasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Ujian Nasional memiliki banyak dasar hukum, diantaranya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2003 Nomor 78 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301), Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496), dll. Sedang tujuan dilaksanakannya ujian nasional ialah untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu ujian nasional juga memiliki kegunaan yaitu sebagai pemeta mutu satuan dan/atau program pendidikan, penyeleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan, sebagai pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.
Dari sedikit uraian tersebut diatas, jika dilihat secara realita penerapan ujian nasional di Indonesia sedikit menyimpang dari yang diharapkan karena timbul banyak polemik seperti yang telah diungkapkan dalam pendahuluan makalah ini. Hal ini tidak sejalan dengan kegunaan diadakannya ujian nasional yaitu sebagai pemeta mutu satuan program pendidikan. Karena yang dipetakan sebagian besar hanyalah dari aspek kognitifnya saja.
Fenomena ini adalah bukti kegagalan ujian nasional yang selama ini kurang disadari. Ujian nasional ternyata hanya mampu melahirkan manusia yang cerdas secara akal namun tidak dalam keaktifan dan kinerjanya dilapangan. Kegagalan semacam ini tak lain dikarenakan dalam pelaksanaan ujian nasional masih berpusat pada pengembangan kognitif. Unsur afektif dan psikomotor belum begitu diujikan dalam ujian nasional. Meskipun di sekolah-sekolah telah berlaku kurikulum KTSP yang menjamah ketiga ranah itu, tapi tampaknya sampai saat ini penilaian dalam ujian nasional belum berjalan secara maksimal dalam arti mempertimbangkan ketiga aspek yaitu kognitif, psikomotorik, afektif. Masih ada kepincangan antara kognitif, afektif, dan psikomotor. Jadi kalau diibaratkan, ujian nasional saat ini ingin membangun manusia yang mempunyai anggota tubuh yang lengkap tetapi tidak mempunyai hati sebagai pedoman melangkah. Karena itu, sering terjadi kesalahan dalam berbuat dikarenakan tidak seimbangnya penilaian dalam ujian nasional yang membuat anak didik hanya berpusat mengembangkan aspek kognitifnya saja tapi tidak untuk kedua aspek yang lain. Bagi mereka, psikomotorik dan afektif tidak sepenting kognitif karena dalam ijasah toh yang tertulis hanya nilai kognitifnya saja.
Untuk menanggulangi kepincangan tersebut, diperlukan adanya keseimbangan antara ketiga unsur tersebut. Keseimbangan tersebut hadir dalam satu kesatuan tanpa adanya hal yang dilebihkan atau dikurangkan tetapi seimbang. Itulah yang dinamakan pendidikan holistik. Dalam pendidikan ini, antara kognitif, afektif, dan psikomotor mempunyai takaran yang sama. Jika kognitifnya 4 misalnya, maka afektif dan psikomotornya juga harus 4. Selama ini konsep tersebut memang telah dikembangkan di Indonesia terutama sejak munculnya KBK. Namun, dalam perkembangannya sampai saat ini belum terlihat memuaskan khususnya dalam penilaian ujian nasional. Teori belajar holistik yang dimaksud mengharuskan ketiga sisi pengetahuan ditampilkan pada seluruh proses pembelajaran, sekalipun tidak semua sisi tersebut dibutuhkan untuk menghasilkan perubahan. Lebih jauh lagi, teori belajar holistik memerlukan adanya perspektif dialektikal dari ketiga sisi pengetahuan tersebut. Pada satu sisi, kita perlu mengenali beberapa karakter intrinsik yang berbeda dari ketiga sisi pengetahuan tersebut. Bila kita menguji ketiga sisi pengetahuan tersebut pada waktu yang sama, ketiganya akan nampak berbeda dan saling berlawanan. Hasil yang didapat akan seperti mengamati dua sisi koin yang berbeda. Sementara itu, di sisi lainnya, kita harus dapat memahami sifat dasar komplementer dari ketiga sisi pengetahuan tersebut. Ketiganya saling bertautan satu sama lain dan tidak mungkin dipisahkan bila kita mengamatinya dengan menggunakan pespektif holistik. Ketiganya akan memperlihatkan sifat aslinya, baik kita kenali ataupun tidak. Ketiganya merupakan komponen yang sangat penting di dalam ilmu pengetahuan manusia secara keseluruhan.
Jadi, jika dalam ujian nasional ketiga sisi itu lebih ditekankan lagi secara seimbang, maka hasil dalam ujian nasional pun tidak akan mengecewakan bagi siapapun dan dapat memperbaiki moral bangsa baik dari segi intelektual maupun moral bangsa. Sayangnya, masih banyak yang beranggapan bahwa intelektual itu adalah segala-galanya. Siswa yang lulus ujian nasional dengan nilai tinggi sudah pasti bahwa ia adalah anak yang pintar, tetapi sebaliknya, anak didiki yang lulus dengan nilai rendah menandakan bahwa ia adalah anak yang bodoh. Padahal dalam ujian nasional yang dinilai hanya aspek kognitifnya saja. Ujian nasional tidak mengetahui tingkat kecerdasan anak didik dalam keaktifannya diluar karena itu tidak diujikan dan tidak dinilai. Pendidikan holistic menjadikannya seimbang dan dapat mengetahui seberapa mutu pendidikan Indonesia lebih detail.



PENUTUP

Ujian nasional tidak dimaksudkan sekedar mencetak anak didik  yang pandai dalam bidang kognitifnya saja, tetapi melahirkan anak didik yang berkepribadian matang. Ujian nasional tidak hanya tempat mengasah ketajaman otak, tetapi tempat menyemai nilai-nilai dasar kehidupan guna menggapai masa depan dan hidup yang lebih baik. Bangsa Indonesia amat membutuhkan sistem pendidikan holistik, karena melalui sistem ini, seluruh komponen yang dibutuhkan untuk membangun sebuah bangsa yang tangguh dan bertanggung jawab ada didalamnya.



















DAFTAR PUSTAKA


Miller, John P.(2005).Holistic Learning and Spirituality in Education : Breaking New Ground.Marlyn P. Semerad:United States of America

Kartono, DR. Kartini(1992).Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis.Penerbit Mandar Maju:Bandung

Megawangi, R. Melly(2005).Pendidikan Holistik.Indonesia Heritage Foundation:Cimanggis






1 komentar:

  1. Titanium cartilage earrings - ITIAN-ART
    Shop Tintic Tire for the best titanium bikes fit and quality metal titanium rimless glasses earrings for your suunto 9 baro titanium travel projects. Made titanium easy flux 125 amp welder by Tintic titanium apple watch band Tire, you're sure to find exactly

    BalasHapus

jangan lupa komentarnya :) no SARA!